Senin 28 Dec 2020 19:22 WIB

Gunawan Budiyanto Kembali Pimpin UMY

Gunawan optimistis mampu membawa UMY lebih maju.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Rektor UMY - Gunawan Budiyanto
Foto: Republika/ Wihdan
Rektor UMY - Gunawan Budiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah kembali mengamanahkan Gunawan Budiyanto sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) 2020-2024. Keputusan disampaikan Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Dr Lincolin Arsyad, setelah proses seleksi 21 Agustus-30 September 2020.

Pelantikan berlangsung khidmat disiarkan melalui akun Zoom, Instagram, dan Youtube UMY. Selama mengembangkan amanah, Gunawan telah mengantarkan UMY meraih berbagai prestasi seperti Top 251 World University Rankings Asia.

Lalu, Top 75 University in South East Asia, The Best Muhammadiyah Higher Education Indonesia, Top Private University Yogyakarta, Top 4 Private University Indonesia, dan Top 15 University Indonesia.

Dalam sambutannya, Gunawan optimistis mampu membawa UMY lebih maju dengan jalankan program-program unggulan yang sudah disiapkan. Lalu, berkomitmen mewujudkan pengembangan program jangka panjang 25 tahun ke depan.

"Dengan capaian 2025 UMY kita harapkan telah menjadi Research Excellence University serta menjadi TOP 300 World Class University," kata Gunawan, Senin (28/12).

Ketua Senat UMY, Prof Heru Kurnianto Tjahjono berpendapat, Gunawan Budiyanto merupakan sosok yang luar biasa. Karenanya, ia menekankan, Gunawan pantas menjabat kembali sebagai Rektor UMY periode 2020-2024.

"Hal yang luar biasa dari Pak Gun, dia mampu merespons segala tantangan UMY dengan sangat lugas dan dijawab dengan prestasi," ujar Heru.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mengingatkan, penting bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah memiliki reputasi internasional. Artinya, lebih unggul komparasi atau prestasi dari perguruan tinggi lain.

Secara khusus, ia berharap PTMA-PTMA seperti UMY, UM Surakarta dan UM Malang bisa satu langkah lebih maju. Karenanya, perlu proses akselerasi agar bisa menjadi universitas bereputasi internasional di atas yang lain.

"Kalau tiga PTMA ini sudah bisa memimpin, maka universitas-universitas Muhammadiyah dan Aisyiyah yang lain akan berlomba dengan baik menjadi lebih baik," kata Haedar.

Tapi, ia menekankan, PTMA yang sudah bisa mencapai predikat reputasi internasional tidak boleh melupakan Muhammadiyah sebagai rumah utama. Sehingga, nama Muhammadiyah jadi kekuatan nasional dan internasional.

"Bagi PTMA yang bergerak di ranah internasional atau global harus tetap menjadikan perguruan tingginya menyatu dengan sistem Muhammadiyah," ujar Haedar menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement