Sabtu 26 Dec 2020 20:01 WIB

Mengintip Prediksi Investasi yang Menarik di 2021

Distribusi vaksin Covid-19 di akhir tahun memunculkan optimisme pada 2020.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Pertumbuhan Investasi
Foto: Pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Investasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Perekonomian global mengalami guncangan sepanjang tahun 2020 imbas dari pandemi COVID-19. Namun berita mengenai distribusi vaksin Covid-19 di akhir tahun memunculkan optimisme dan secercah harapan.

Lalu, pilihan investasi apa yang menarik di tahun depan?  Bank Commonwealth tetap menyarankan investor membuat strategi dalam berinvestasi untuk berinvestasi secara optimal di 2021.

Baca Juga

"Di tahun depan, kami masih overweight di reksa dana saham dan obligasi atau reksa dana pendapatan tetap untuk investor yang memang fokusnya untuk mendapatkan fixed return atau untuk diversifikasi investasi," kata Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya di Jakarta, Selasa (22/12).

Ivan menjelaskan, kelas aset saham yang dapat diwakilkan oleh reksa dana saham merupakan pilihan investasi yang masih menarik di tahun 2021. Pemilihan reksa dana saham dibandingkan saham adalah karena ada manager investasi yang akan melakukan pemilihan portofolio dan pendekatan portfolio memberikan keuntungan diversifikasi dibandingkan membeli saham langsung.  

Selain itu, kata Ivan, ada beberapa katalis positif untuk kelas aset saham selain distribusi vaksin Covid-19. Dia menilai Omnibus Law Cipta Kerja yang disetujui di Oktober 2020 diperkirakan dapat mendorong FDI/ Foreign Direct Investment masuk ke Indonesia dan berdampak positif terhadap pasar saham. Sovereign Wealth Fund (SWF) yang akan berfokus pada pengembangan infrastruktur di Indonesia dan diperkirakan akan memiliki multiplier efek ke perkembangan ekonomi secara keseluruhan, serta aliran dana asing yang akan masuk kembali ke developing market termasuk Indonesia.

Tingkat suku bunga yang mendekati 0 persen di pasar negara maju (developed market) akan mendorong investor untuk mencari aset yang memberikan yield lebih tinggi.

"Dengan adanya katalis positif tersebut, kami berharap ekonomi akan turn around di 2021. Dan dalam story recovery, kelas aset saham biasanya akan berlari lebih cepat," ucap Ivan.  

Ivan juga menambahkan, instrumen obligasi pemerintah masih menarik untuk dikoleksi agar investasi tetap terdiversifikasi dengan baik dan mengurangi risiko. Banyak analis memperkirakan di tahun 2021 Bank Indonesia (BI) hanya akan melakukan 1-2x pemotongan suku bunga BI. Sedangkan, kinerja obligasi di tahun 2020 ditopang oleh pemotongan BI7DRR 5x dengan total 1,25 persen.  

"Pergerakan harga obligasi akan berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga, apabila tingkat suku bunga memiliki kecenderungan untuk turun maka akan berdampak positif untuk harga obligasi. Dengan pemotongan yang lebih terbatas maka potensi upside tahun depan juga akan lebih terbatas," kata Ivan.  

Perlu diingat bahwa selalu ada volatilitas di market, baik yang terduga maupun tidak terduga. Untuk keperluan diversifikasi, obligasi pemerintah tetap menjadi pilihan untuk investor, terutama untuk short term tenor yang memiliki fluktuasi harga yang minimum.  

Investor juga dapat berinvestasi melalui reksa dana pendapatan tetap untuk ekposure ke obligasi pemerintah. Menurut Ivan, berinvestasi melalui reksa dana memberikan keuntungan terutama fitur switching/pengalihan ke kelas aset saham atau pasar uang yang dapat dilakukan di hari yang sama atau T+0.

Namun, tidak semua reksa dana pendapatan tetap membagikan dividen rutin, berbeda dengan pembelian langsung obligasi pemerintah yang memberikan kupon secara berkala.

Bursa Efek Indonesia menyebutkan bahwa tahun 2020 juga menciptakan rekor baru di sepanjang sejarah Pasar Modal Indonesia yakni rekor penambahan investor atau SID baru Pasar Modal Indonesia (Saham, Obligasi, Reksa Dana, dan investor instrumen investasi pasar modal lainnya). Jumlahnya naik signifikan dengan pertumbuhan 48 persen atau 1.212.930 SID menjadi 3.697.284 SID per 10 Desember 2020. Hal ini menunjukkan bawah kesadaran orang dalam berinvestasi makin tinggi karena banyak yang baru mulai berinvestasi di tahun 2020.

"Tahun 2021 akan menjadi tahun pemulihan yang ditunggu oleh banyak investor. Jadi, stay invested dan berinvestasi sesuai dengan profil risiko dan tujuan," kata Ivan.

Ia menambahkan agar tetap lakukan diversifikasi karena di tahun 2020 saat pasar saham mengalami pelemahan signifikan, kelas aset obligasi mengalami penguatan yang signifikan. "Sangat disarankan untuk investor selalu melakukan diversifikasi aset untuk meredam volatilitas di waktu – waktu yang tidak terduga seperti terjadinya pandemi COVID-19," kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement