Ahad 27 Dec 2020 00:12 WIB

'Sinergi Dibutuhkan untuk Masa Depan Politik Islam'

Masalah yang belum selesai dalam dunia politik Islam adalah menjalin silaturahmi.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Agus Yulianto
Simpatisan PKS mengikuti kampanye terbuka.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Simpatisan PKS mengikuti kampanye terbuka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ingin menjadi pelopor terdepan partai Islam dengan semangat kebersamaan. Dalam menghadapi masa depan politik Islam, maka partai-partai Islam harus bisa tumbuh besar bersama PKS.

Ketua Umum DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Banten, Sanuji Pentamarta mengatakan  ke depannya PKS harus menjadi partai besar.  "Tapi kita terngiang-ngiang, ini PKS partai papan tengah terus menerus. Mungkinkan kita menjadi partai besar? Kita harus khawatir dengan jebakan partai papan tengah," kata dia, dalam webinar PKS dan Masa Depan Politik Islam, belum lama ini.

Hal ini sejalan dengan pendapat Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi. Menurutnya, sinergi antara partai Islam dan organisasi masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap masa depan politik Islam.

Menurutnya, partai Islam, dalam hal ini PKS memiliki peluang untuk menjadi kantor berita yang besar. PKS memiliki kader yang sangat banyak di berbagai daerah dan bisa dilatih menjadi pengumpul informasi.

"Bayangkan kalau kader itu kita latih jadi pengumpul informasi. Untuk jadi jurnalis. Maka, PKS bisa menjadi sumber berita yang sangat besar," kata Irfan.

Apalagi, lanjut dia, jika sinergi juga dilakukan dengan organisasi masyarakat. Organisasi masyarakat memiliki simpul yang lebih banyak, bahkan ada yang berasal dari luar negeri. Jika sinergi ini berjalan, maka akan menjadi kesempatan yang sangat baik untuk mengumpulkan informasi.

Menurut Irfan, masalah yang belum selesai dalam dunia politik Islam adalah menjalin silaturahmi yang baik satu sama lain. Padahal, jika dilihat potensi masing-masing pihak, sangat luar biasa dan memiliki kuantitas yang tidak sedikit.

"Cuma problemnnya, itu belum dijahit menjadi satu sama lain dengan baik, belum bisa dijahit menjadi pakaian yang indah," kata dia lagi.

Dia mengibaratkan, elemen Islam adalah kain perca yang belum diolah. Seandainya kain-kain tersebut diolah dan dijadikan satu, maka akan menjadi pakaian yang indah dan anggun.  

Sementara itu, komunikasi partai politik dengan media juga perlu dijaga. Irfan mengatakan, partai politik perlu mengambil kesempatan untuk bertukar pikiran dengan media. Saat ini, peluang partai politik Islam lebih terbuka untuk mewarnai isu di media massa.

Selain media massa, partai politik juga bisa membagikan pikirannya melalui akun media sosial. Walaupun demikian, cara melalui media sosial ini tidak sederhana karena membutuhkan massa yang banyak agar ide-ide dari partai politik dibaca oleh masyarakat luas.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, partai politik harus lebih menunjukkan dirinya di masyarkat. Berdasarkan pengamatannya, kehadiran partai politik hanya dirasakan masyarakat ketika akan ada pilkada atau pemilu.

Bahkan, di masa krisis seperti pandemi Covid-19 saat ini, masyarakat tidak banyak merasakan kehadiran partai politik. Secara umum, masyarakat menilai kinerja partai politik cukup buruk.

Selain itu, rakyat juga menilai pergantian angogta DPR dan kepala daerah tidak mampu membawa perubahan bagi kehidupan masyarkat. Rakyat juga menangkap kesan partai politik hanya berorientasi kekuasaan, bukan pengabdian kepada masyarakat.

Dosen Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta ini mengatakan, PKS sebagai partai Islam harus membaca kebutuhan masyarakat. "Termasuk isu-isu ke depan yang dikerjakan termasuk kesejahteraan, tenaga kerja, dan seterusnya," kata Adi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement