Kamis 24 Dec 2020 13:15 WIB

Menanti Batas Kesabaran Juventus pada Sosok Pirlo

Perjalanan Pirlo bersama Juventus memang tak bisa dikatakan sepenuhnya buruk.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Endro Yuwanto
Pelatih Juventus Andrea Pirlo.
Foto: EPA-EFE/ELISABETTA BARACCHI
Pelatih Juventus Andrea Pirlo.

REPUBLIKA.CO.ID, TURIN -- Keputusan menunjuk Andrea Pirlo sebagai pelatih utama Juventus pada musim panas kemarin sejatinya sudah lebih dahulu mendatangkan pertanyaan besar bagi para fan, dan juga pecinta sepak bola Italia. Bagaimana tidak, manuver bos Juve Andrea Agnelli yang mempercayai sosok pria pecinta wine sebagai seorang juru taktik anyar timnya sempat mengernyitkan dahi sejumlah orang.

Pirlo menggusur nama Maurizio Sarri yang dianggap telah gagal usai Juve tersingkir memalukan dari Olympique Lyon di ajang Liga Champions musim lalu. Namun, babak baru bagi Juve tak sekadar dari ajang coba-coba Agnelli mempercayai sosok pemenang Piala Dunia 2006 bersama timnas Italia. Pasalnya, Pirlo tidak memiliki pengalaman melatih klub apapun sebelumnya. Karier resmi i Architetto hanya melatih timnas U-23 Juve dan hanya berlangsung satu pekan.

Alasan klise lain dari penunjukkan Pirlo sebagai pelatih adalah ia merupakan figur yang cerdas dan berteknik tinggi saat aktif sebagai pemain. Pemahaman mendalam atas taktik jadi modal terbesarnya melatih i Bianconeri.

"Kami juga berpikir Andrea (Pirlo) lahir untuk melakukan ini. Dia ditakdirkan untuk jadi pemain hebat dan kami sangat yakin dia juga dapat menjadi pelatih yang luar biasa," kata direktur klub Fabio Paratici dikutip The Athletic, Rabu (23/12).

Nyaris mirip, kisah Pirlo sama dengan pelatih legendaris Italia Giovanni Trapattoni. Pria yang akrab disapa Mr Trap tersebut melatih Juve di usia yang terbilang muda, 37 tahun pada musim 1976/1977. Padahal jejak karier Mr Trap bisa dibilang belum layak untuk menukangi tim elite sekelas Juve, meski sudah sempat menjabat sebagai caretaker pun pelatih utama AC Milan selama satu musim.

Meski demikian, Mr Trap membawa Juve melanggeng manis di semua kejuaraan sepak bola elite Eropa. Selama satu dekade, ia sukses mengantar tim kesayangan Juventini menggondol 13 trofi, yakni enam scudetto Serie A, dua Coppa Italia, dan satu Piala Liga Champions, pun Liga Europa.

Trap sukses dengan pembuktiannya bersama Juve. Sementara Pirlo masih membutuhkan waktu membesut tim dalam persaingan kompetisi Serie A Liga Italia pun Liga Champions 2020/2021. Pirlo awalnya diharapkan datang sebagai antitesis untuk permainan menjemukan yang disuguhkan oleh Sarri.

'Key notes' yang belakangan menyeruak adalah soal peremajaan atau bahkan revolusi. Dari segi usia, Pirlo yang baru 41 tahun jelas memberi gairah muda dan meremajakan tim yang sudah uzur. Akan tetapi bakal banyak intrik tentang bagaimana pelatih muda akan menerapkan filosofi kepelatihannya di klub dengan standar yang sangat tinggi dan tuntutan langsung untuk sukses. Mengingat Juve menjuarai scudetto selama sembilan musim beruntun.

Kekhawatiran pun mencuat pada lanjutan pekan ke-14 Serie A melawan Fiorentina di Stadion Allianz, Turin, Rabu (23/12). Pirlo harus puas melihat timnya menyerah tiga gol tanpa balas oleh tim tamu.

Uniknya, Fiorentina di bawah Cesare Prandelli menerapkan skema pun formasi yang sama 3-5-2 guna meredam permainan Juve. Cristiano Biraghi dan Martin Caceres menjadi pemain penting menekan pergerakan Juan Cuadrado serta Federico Chiesa. Hasilnya, kartu merah Cuadrado memantapkan La Viola membawa pulang tiga angka dari Turin, tim yang memang menjadi rival abadinya.

"Kami memulai laga dengan sikap yang salah dan jika melakukan itu lagi, maka kami akan tercebur ke dalam situasi sulit seperti di laga tadi," kata Pirlo purnalaga dikutip Football Italia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement