Rabu 23 Dec 2020 12:54 WIB

Memunculkan dan Mengeksekusi Ide Baru

Uraian Jamil Azzaini tentang tantangan tahun 2020 dan 2021 tentu berbeda

Tahun Baru -- Sebuah ilustrasi tahun baru.
Foto: EPA
Tahun Baru -- Sebuah ilustrasi tahun baru.

Oleh : Jamil Azzaini, Motivator dan Kolomnis

REPUBLIKA.CO.ID, -- Tahun 2020 sebentar lagi berlalu dan tahun 2021 sudah dihadapan mata. Tantangan tahun 2020 dan 2021 tentu berbeda. Kita perlu menghadirkan strategi, taktik dan cara baru untuk menghadapi sesuatu yang baru. Kita tidak bisa menggunakan hal yang sama untuk menghadapi tantangan yang berbeda.

Pertanyaannya, bagaimana agar kita terpicu menghadirkan ide baru?

Baca Juga

Ada model yang sederhana namun powerful yang bisa kita gunakan untuk memunculkan ide baru yaitu model Disney. Untuk membangkitkan semangat agar para karyawan selalu memunculkan ide baru, Disney membagi prosesnya menjadi tiga bagian yaitu; dreamer, realist, critics.

Ditahap awal proses, semua didorong menjadi dreamer. Pada tahap ini, ada dua pertanyaan yang diajukan. Pertama, jika semua mungkin terjadi, apa yang akan saya ciptakan? Kedua, solusi berbeda apa saja yang saya tawarkan? Berbagai kemungkinan baru mucul di tahap ini, dari sesuatu yang sederhana hingga tidak masuk akal bisa diusulkan dalam tahap ini. Biarkan kita dan tim kita berpikir liar tanpa batasan dalam tahap ini, namanya juga dreamer.

Setelah semua ide dan gagasan selesai disampaikan, kita masuk ke tahap berikutnya yakni realist. Di tahap ini ada dua pertanyaan yang bisa kita ajukan. Pertama, aktivitas kunci apa yang dapat  saya lakukan untuk mewujudkan gagasan tersebut? Kedua, apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan gagasan tersebut? Jawaban pertanyaan ini akan membuat kita memiliki langkah-langkah yang fokus untuk mencapai hasil tertentu.

Sampai tahap kedua ini, kita sudah memiliki gambaran untuk merealisasikan ide dan gagasan baru. Punya optimisme untuk segera merealisasikannya. Namun untuk lebih meyakinkan dan menghindari kegagalan implementasi ide tersebut, kita perlu melakukan tahap yang ketiga.  

Pada tahap akhir yaitu, critics dua pertanyaan yang bisa kita ajukan adalah apa yang dapat membuat rencana ini gagal? Dan keterbatasan apa yang saya miliki untuk mewujudkan ide dan gagasan tersebut?

Dua pertanyaan ini membuat kita lebih optimis bahwa kita mampu merealisasikan ide dan gagasan tersebut tapi juga sekaligus realistis, menghadapi kenyataan hari ini dengan mata terbuka, pikiran jernih dan hati yang tenang (Tragic Optimism, Viktor E Frankl).

Prosesnya sederhana, namun hasilnya luar biasa. Cobalah.

Salam SuksesMulia

Jamil Azzaini

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement