Selasa 22 Dec 2020 09:22 WIB

Bukti Islam Tercoreng Perilaku Umatnya dalam Catatan Gus Mus

Gus Mus menunjukkan bukti tercorengnya Islam akibat perilaku umatnya.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Gus Mus menunjukkan bukti tercorengnya Islam akibat perilaku umatnya. Ilustrasi umat Islam
Foto: AP / Anjum Naveed
Gus Mus menunjukkan bukti tercorengnya Islam akibat perilaku umatnya. Ilustrasi umat Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Di era digital ini, masyarakat dituntut cerdas dalam berseluncur di media sosial. Pasalnya, telah banyak warganet yang melakukan pelanggaran, seperti melakukan provokasi, hoaks, hasutan, hinaan, tipuan, cemooh, ancaman, dan bahkan ujaran kebencian.

Namun, sejatinya media sosial tidaklah melalaikan dan membahayakan jika mampu mengontrolnya. Jika warganet menggunakannya dengan bijak untuk menebar kebaikan, maka media sosial justru akan memberikan dampak yang positif.

Baca Juga

Karena itu, KH Mustofa Bisri alias Gus Mus, mengingatkan kepada masyarakat, khususnya umat Islam untuk menggunakan media sosial sebaik-baiknya. Misal, untuk saling mengingatkan, saling berbagi ilmu, dan saling menyebarkan informasi bermanfaat lainnya, sehingga bisa menambah amal kebaikannya.  

“Pergunakanlah juga alat elektronik atau gadgetmu untuk menambah amal kebaikan. Minimal janganlah menggunakannya untuk mencari dosa,” pesan Gu Mus.

Gus Mus sendiri kerap menggunakan akun twitternya untuk menyampaikan hal-hal yang baik. Karena itu, nasihat Gus Mus di dalam buku ini juga banyak yang mengutip dari aku twitter Gus Mus tersebut.

Selain masalah ibadah, buku ini juga menyajikan nasihat Gus Mus tentang agama, pendidikan, akhlak, kemanusiaan, perdamaian, iman, dan motivasi hidup. Setidaknya ada 61 nasihat Gus Mus yang dirangkum dalam buku berjudul Jangan Merasa Benar Sendiri; Nasihat-Nasihat Gus Mus Sepanjang Masa, karya Ahfa Waid ini.   

Terkait dengan agama, Gus Mus juga mengingatkan agar umat beragama di Indonesia tidak menghina agamanya dengan tingkah lakunya. Sebagai penyair, Gus Mus pun menyampaikan nasihatnya dengan bahasa indah. “Yang menghina agamamu tidak bisa merusak agamamu, yang bisa merusak agamamu justru perilakumu yang bertentangan dengan ajaran agamamu.”

Nasihat Gus Mus tersebut patut untuk dicermati oleh kelompok-kelompok yang mudah terprovokasi seseorang yang melakukan penghinaan terhadap agamanya. Apalagi, kelompok yang terprovokasi tersebut sampai melakukan intimidasi atau tindak kekerasan. Padahal, jelas-jelas hal itu dilarang agama.

Agama merupakan petunjuk bagi pemeluknya untuk menjalani kehidupan dengan benar. Namun, agama justru dirusak dengan cara melanggar aturan agama itu sendiri. Anehnya, tak sedikit yang menggap tindakannya itu benar.  

Islam sendiri merupakan agama yang rahmatal lil alamin bagi setiap pemeluknya. Sayangnya, rahmat untuk semesta alam itu dijungkirbalikkan dengan cara tak senonoh, berbuat aniaya dan kerusakan. Mulai dari minum-minuman keras, seks bebas, berjudi, dan mengubah bentuk yang sudah disempurnakan Tuhan.

Karena itu, Gus Mus mengajak kepada seluruh umat Islam untuk berusaha menghadirkan keindahan agama Islam melalui perilaku yang baik. Kalau belum bisa, kata Gus Mus, minimal jangan sampai mencorengnya dengan berperilaku buruk.

Nasihat-nasihat Gus Mus dalam buku ini seperti makanan yang bergizi, sehingga akan membuat para pembaca dapat menjalani hidup secara lebih berkualitas. Karena itu, penulis mengajak untuk belajar dari nasihat Gus Mus dengan cara yang mengasyikkan.

Nasihat Gus Mus yang disajikan dalam buku ini sangat erat kaitannya dnegan kehidupan sehari-hari. Terkait dengan akhlak misalnya, Gus Mus memberikan nasihat agar umat Islam tidak memperhatikan penampilan luarnya saja, tapi juga di dalamnya.

“Riasan (untuk mempercantik diri) yang paling awet ialah yang dari dalam diri. Riasan luar mudah luntur,” kata Gus Mus.

Saat ini mungkin tidak sedikit orang yang lebih fokus untuk memperindah penampilan fisik dibandingkan dengan memperindah tingkah lakunya. Sangat banyak orang yang cantik atau tampan luarnya saja, tetapi sangat seidkit yang indah akhlaknya.

Semua orang boleh cantik atau tampan. Namun, itu semua menjadi sesuatu yang tak berharga ketika tidak dibarengi dengan adab dan ilmu. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits riwayat Abu Hurairah RA:

عَنْ أبي هُريْرة عَبْدِ الرَّحْمن بْنِ صخْرٍ قَالَ: قالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: إِنَّ الله لا يَنْظُرُ إِلى أَجْسامِكْم، وَلا إِلى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan (fisik) dan rupa kalian. Tetapi Dia melihat hati kalian dan amal kalian.” HR Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement