Jumat 18 Dec 2020 17:32 WIB

Persis: Pesantren Masih Khawatir Vaksinasi Covid-19

Sudah ada ratusan kiai dan nyai di lingkungan pesantren yang wafat akibat Covid-19

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ketua umum Persatuan Islam (Persis) KH Aceng Zakaria (kiri) tampil pada Talkshow Literasi Jabar Islamic Book Fair 2019, di Gedung Landmark, Kota Bandung, Senin (9/12).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Ketua umum Persatuan Islam (Persis) KH Aceng Zakaria (kiri) tampil pada Talkshow Literasi Jabar Islamic Book Fair 2019, di Gedung Landmark, Kota Bandung, Senin (9/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Islam (Persis), KH Aceng Zakaria mengatakan, masyarakat pesantren masih memiliki kekhawatiran untuk menerima vaksinasi Covid-19 gratis dari pemerintah. Karena itu, menurut dia,  pemerintah harus menjamin keamanan dari vaksin dan memberikan edukasi untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat. 

"Mungkin untuk pesantren masih ada kekhawatiran. Tapi kalau ini sudah menjadi program pemerintah dan vaksinasasi bisa dipertangungjawabkan tentu baik saja itu dilaksanakan," ujar Kiai Aceng saat dihubungi Republika.co.id, Jum'at (18/12). 

Setelah keamanan vaksin terjamin, dia pun berharap pesantren dimasukkan dalam daftar prioritas vaksinasi Covid-19. Pasalnya, sudah ada ratusan kiai dan nyai di lingkungan pesantren yang wafat akibat Covid-19. "Pesantren perlu mendapat prioritas. Tapi uji coba dulu di beberapa pesantren. Karena pesantren juga butuh  penangan kesehatan asal bentul-betul dapat diterima masyarakat dan tidak meragukan masyarakat," ucap dia.

Sejauh ini, Kiai Aceng melihat bahwa di kalangan masyarakat sendiri belum ada kesegaraman untuk menerima vaksinasi Covid-19 tersebut. Namun, dia mengapresiasi pemerintah yang telah mengratiskan vaksinasi."Tentu ini juga usaha pemerintah yang baik untuk vaksinasi gratis," kata Kiai Aceng. 

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Persis Ustaz Jeje Zaenudin menambahkan, pesantren memang perlu mendapatkan prioritas untuk diberikan vaksinasi gratis. Karena, interaksi kalangan pesantren lebih intens. 

"Prioritas vaksin itu sebaiknya memang bagi kalangan yang menuntut interaksi lebih intens dari yang lain. Seperti dokter, para medis, dosen, guru, termasuk juga para ustaz dan santri pesantren jika proses pembelajaran sudah akan dilakukan secara tatap muka langsung," jelasnya saat dihubungi lebih lanjut.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement