Jumat 18 Dec 2020 14:27 WIB

Allah Sebaik-baiknya Tempat Curhat

Cukup Allah sebagai tempat curahan hati, bukan pada sesama makhluk.

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Berdoa
Foto: EPA-EFE/SAUDI MINISTRY OF MEDIA HANDOUT
Berdoa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencurahkan keresahan dan kesedihan atas segala masalah dalam hidup sekali kali menjadi cara terbaik untuk mengurangi kesedihan itu. Tapi seringkali media sosial menjadi sasaran dalam mengumbar kesedihan.

Menurut buku Lalai Waktu? No Way! oleh Muhammad Rosul, perasaan-perasaan seperti itu adalah wajar dan selalu ada disetiap kehidupan manusia. Perasaan galau adalah manusiawi, namun tidak boleh berlarut-larut dengan perasaan tersebut.

Setiap orang, kata Muhammad Rosul dalam suatu waktu menghadapi kebingungan yang menyebabkan dirinya mengalami kegalauan. Bahkan Nabi dan para sahabat pun pernah mengalaminya.

"Rasulullah galau melihat umatnya yang teramat jahiliah. Abu Bakar gelisah di saat umat Islam banyak menyimpang setelah Rasul wafat. Umar bin Khatab galau saat melihat salah satu rakyatnya memasak batu karena kemiskinan, Abdurrahman bin Auf galau karena kekayaannya yang dikhawatirkan akan menjauhkannya dari harumnya surga," kata Muhammad Rosul.

Demikian pula yang rasakan para kiai dan yang galau melihat kemaksiatan, kemungkaran, kezaliman semakin meraja lela. Semua kegalauan dan kegelisahan adalah hal yang wajar. Yang tidak wajar adalah saat kegalauan dan kegelisahan berlarut-larut dan tidak mampu berbuat apa-apa karenanya.

"Silakan galau, asal tetap tegar. Silakan gelisah, asal jangan berkeluh kesah. Silakan sedih, asal jangan meratapi. Silakan gundah, asal bisa bersikap dewasa dan silakan risau, asal jangan terus-terusan," kata Muhammad.

Semua sifat itu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manusia, hanya saja bagaimana bisa mengaturnya dengan baik sehingga berubah menjadi inspirasi. Inspirsi yang kemudian berubah menjadi solusi.

Misalnya saja kisah kegalauan Salahuddin Al Ayyubi sebelum menaklukkan Pasukan Salib. Berawal dari kegalauan Al- Ayyubi, melihat umat Islam yang terpecah-pecah ditambah dengan serangan dari luar yang semakın gencar, kegalauannya berubah menjadi inspirasi bagınya untuk menyatukan umat Islam agar kembali menguat dengan mengadakan Maulidur Rasul. Akhirnya umat Islam kembali menyatu dan merebut kemenangan dari kaum Salibis Eropa.

Begitu juga kegalauan para ulama ternyata juga memberikan perubahan besar bagi Indonesia. Lihatlah bagaimana KH. Hasyim Asyari mendirikan NU hanya karena berawal dari kegalauannya dan kegelisahannya terhadap penindasan kaum penjajah, sehingga beliau mengumandangkan resolusi jihad kepada para santrinya.

Begitu pula Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah hanya berawal dari kegalauannya melihat Islam yang sudah tidak murni, sebab bercampur dengan paham animisme dan dinamisme. Kemudian Dahlan memberikan pendidikan yang amat baik untuk membebaskan pikiran dari keterbelakangan dan kejumudan.

Hal itu tampaknya terbalik dengan keadaan pemuda sekarang. Saat galau hinggap di hati mereka bukan mulai berpikir kritis kreatif dan berusaha bangkit, tapi mereka memilih untuk mengunggahnya ke media sosial.

Tampaknya, lanjut dia, pemuda sekarang ini lebih bangga saat orang lain tahu tentang kegalauannya, ketimbang mencari solusi atas kegalauannya. Yang lebih meyedihkan, di saat mereka galau, bukannya semakin mendekat kepada Allah, justru semakin menjauh. Padahal Allah yang Maha Membolak-balikkan hati.

Allah mampu menjadikan hati setiap manusia untuk tidak kembali galau, Allah akan tunjukkan jalan keluarnya. Bagi seorang muslim, Allah adalah sumber sekaligus muara dalam hidup. Cukup Allah sebagai tempat curahan hati, bukan pada sesama makhluk, apalagi media sosial yang hanya benda mati.

Manusia dan benda mati tidak akan bisa membuat hati kita damai sepenuhnya. Hanya Allah satu-satunya tempat kembali. Segala kegalauan, kegundahan, kesedihan, dan kebimbangan adukanlah kepada Allah. Allah adalah tempat mengadu seluruh mahkluk. Dia yang Mahatahu jalan terbaik bagi permasalahan hamba-hamba-Nya.

Tidak ada yang kita dapatkan saat mengadu kepada Allah, kecuali Allah akan memberikan jalan keluarnya. Allah akan membuka pikiran yang masih bebal, membuka inspirasi dan hikmah, memberikan kemudahan dalam menghadapi persoalan, memberikan kekuatan dalam menyelesaikan masalah.

"Karena itu, tidak ada dari kegalauan itu saat diadukan kepada Allah, kecuali iman kita semakin bertambah. Sebab kita sudah yakin sepenuh hati bahwa Allah sedang berpihak pada kita, selama kita berpihak kepada-Nya," kata Muhammad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement