Rabu 16 Dec 2020 19:50 WIB

Venezuela Siap Lawan Blokade AS Tahun Depan

Agenda utama Venezuela pada 2021 adalah mempertahankan Venezuela dari agresi AS

Red: Nur Aini
Wakil Menteri Urusan Luar Negeri Venezuela untuk Amerika Utara Carlos Ron
Wakil Menteri Urusan Luar Negeri Venezuela untuk Amerika Utara Carlos Ron

 

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Meskipun memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, Venezuela masih berjuang dalam menjaga kelangsungan hidup rakyatnya karena sanksi dan blokade Amerika Serikat. Hal itu dengan menyelamatkan nilai mata uangnya yang terus merosot, mengurangi tingkat kemiskinan yang parah, dan menghentikan perpindahan sumber daya manusia berkualitasnya ke negara lain.

Baca Juga

Warga Venezuela menyebut situasi semacam ini sebagai 'más raro que un perro verde', yang berarti 'lebih aneh dari anjing hijau'.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency, Wakil Menteri Urusan Luar Negeri Venezuela untuk Amerika Utara Carlos Ron menjelaskan bagaimana negara kaya minyak itu menghadapi begitu banyak tantangan.

Juan Guaido keluar dari politik Venezuela

Ron mengatakan Majelis Nasional Venezuela akhirnya sah secara nasional setelah pemilihan umum 6 Desember, yang diawasi oleh badan-badan internasional dan regional tetapi diboikot oleh 27 partai antipemerintah yang dipimpin oleh pemimpin oposisi Juan Guaido. Partai Persatuan Sosialis Venezuela (PSUV) yang mengusung Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan partai-partai sekutunya menguasai majelis tersebut setelah memperoleh 67 persen suara.

Sementara itu, Guaido, 37, telah diakui sebagai presiden Venezuela dan didukung oleh AS dan puluhan negara lain yang bersekutu dengan kebijakan luar negeri Amerika sejak Januari 2019 untuk menggulingkan presiden terpilih.

"Ini merupakan pemilu yang penting bagi Venezuela, karena saya pikir ini adalah kesempatan untuk menyusun kembali majelis nasional kita menjadi Majelis Nasional, yang benar-benar bekerja untuk rakyat, yang benar-benar ada untuk mengatur dan melakukan tugasnya, bukan untuk menyerang negara," ujar Ron.

Menurut dia, apa yang terlihat selama lima tahun terakhir adalah sekelompok politikus yang menunggangi Majelis Nasional sebagai platform.

"Agar mereka bisa meminta intervensi dari luar dalam bentuk yang unilateral, tindakan koersif, atau bahkan invasi," kata Ron.

Dia juga menuding para politikus oposisi itu menyerang pemerintah dengan invasi, kudeta, serta mencuri SDM Venezuela untuk kepentingan mereka sendiri. Ron optimistis bahwa pemilu ini adalah era baru bagi Venezuela.

Wakil menteri itu juga mengungkapkan bahwa sebagian besar orang Venezuela kini memandang Guaido sebagai pengkhianat atau seseorang yang memanfaatkan penderitaan rakyat demi mendapatkan keuntungan pribadi.

"Kemungkinan dia keluar dari politik Venezuela. Mari kita lihat apa yang akan terjadi selanjutnya," kata Ron merujuk kepada gugatan pengkhianatan tingkat tinggi yang diajukan atas Guaido.

Konflik politik sejak awal 2019

Menurut Ron, sejak awal tahun lalu, AS membuat gagasan bahwa akan ada semacam kekuatan ganda di Venezuela dengan mengakui Guaido. AS mulai menekan negara lain atau sekutunya untuk memberikan pengakuan kepada pria ini dan mencoba melakukan kebijakan isolasi terhadap pemerintah Venezuela.

"Mereka tahu bahwa mereka tidak dapat memenangkan pemilu karena mereka tidak dapat meyakinkan rakyat Venezuela untuk kembali ke privatisasi perawatan kesehatan, sekolah, atau perumahan. Lalu, mereka memilih solusi yang tak sesuai hukum, yang tidak konstitusional," kata dia.

"Setelah mengklaim kursi kepresidenan, kemudian mereka mencoba kudeta pada April, dan kemudian melakukan upaya pembunuhan terhadap presiden," tambah Ron.

Pada awal Mei, Maduro mengonfirmasi penahanan dua tentara bayaran AS di antara 13 penyerang yang terlibat dalam dua serangan maritim untuk menggulingkan pemerintah Venezuela, yang juga dikenal sebagai 'Operasi Gideon'.

"Dalam kelompok ini ada anggota tim keamanan [Presiden AS] Donald Trump, Luke Denman dan Airan Berry," kata Maduro dalam pidato yang disiarkan televisi.

Maduro menuding AS dan Kolombia sebagai pelaku serangan dan mengatakan Venezuela telah menyerahkan bukti terbaru ke PBB.

Hubungan Venezuela-Eropa

Saat ditanya apakah ada aliansi oposisi pemerintah Venezuela antara negara-negara Eropa, wakil menteri itu menganggap mereka "tersesat dalam perangkap".

"Masalahnya adalah ketika Anda berbicara dengan negara-negara Eropa yang berbeda, mereka tampak tersesat dalam jebakan karena AS berjanji kepada mereka bahwa dengan mengakui Juan Guaido, maka pemerintah nasional akan mundur dalam beberapa minggu dan Guaido akan didukung oleh rakyat. Namun kenyataannya itu tidak pernah berhasil. Sekarang mandatnya benar-benar berakhir dan sekarang dia tidak punya apa-apa untuk mendukungnya," kata Ron.

"Di mana Eropa akan memposisikan dirinya? Apakah akan terus membela sesuatu yang tidak memiliki dasar hukum? Itu jalan buntu," kata dia.

"Anda tidak bisa begitu saja mendukung pemerintah yang tidak ada. Mereka harus mengevaluasi kembali kebijakan mereka dan memastikan bahwa mereka memiliki pendekatan yang lebih realistis terhadap Venezuela," kata dia.

Ron mengatakan Venezuela sedang diserang karena memiliki cadangan minyak terbukti terbesar di dunia dan juga karena mempromosikan agenda kebijakan luar negeri yang tidak tunduk pada "sistem dominan". Awal tahun ini, para pejabat AS berbicara tentang Monroe Doctrine 2.0, serangkaian kebijakan baru yang akan memblokir kehadiran negara lain di kawasan Amerika Latin.

Doktrin Monroe adalah komponen penting dari kebijakan luar negeri AS yang diucapkan oleh Presiden James Monroe dalam pesan tahunannya kepada Kongres pada 1823. Monroe pada dasarnya berpendapat bahwa Dunia Lama dan Dunia Baru memiliki sistem yang berbeda dan harus tetap berada dalam lingkungan yang berbeda, menolak campur tangan Eropa di masa depan dalam urusan negara-negara yang terletak di benua Amerika.

Ron mengatakan AS tidak ingin ada negara di kawasan ini yang terlibat dengan negara-negara lain seperti China dan Rusia, tetapi itu tidak menguntungkan rakyat Venezuela atau rakyat Amerika Latin.

"Kami melakukan apa yang kami lakukan bukan karena kami anti-AS, tetapi karena Venezuela. Kami harus memastikan bahwa kami memenuhi kebutuhan orang-orang kami. Ketika kami memiliki hubungan yang kuat dengan Turki atau dengan Iran atau dengan China, itu karena hubungan tersebut berdampak baik untuk perkembangan rakyat Venezuela. Ini yang harus dipahami oleh AS," kata Ron.

Ekspektasi untuk pemerintahan Biden

Ron menaruh harapan besar pada presiden AS yang baru terpilih, Joe Biden, untuk mempertimbangkan kembali "kebijakan yang tak realistis" atas Venezuela, mencabut dakwaan terorisme narkoba atas Presiden Maduro, dan mencabut sanksi lainnya yang diberikan pemerintahan Trump.

"Saya tidak tahu apa yang tim Biden pikirkan. Saya hanya bisa menjamin bahwa Venezuela akan selalu siap untuk berdialog dengan AS, asalkan dialog itu didasari dengan rasa saling menghormati," kata dia.

"Jika mereka memutuskan untuk melanjutkan kebijakan agresi terhadap orang-orang Venezuela, maka kami juga akan melanjutkan kebijakan pertahanan diri kami," tegas Ron.

Krisis minyak di Venezuela

Menanggapi pertanyaan apakah China dan Rusia menghindari melakukan banyak bisnis dengan Venezuela karena takut melanggar sanksi AS, Ron menegaskan bahwa hal itu tidak benar.

"Venezuela terus menjalin hubungan yang kuat dengan China, Rusia, dan Iran. Saat ini kami sedang mencari cara untuk meningkatkan kerja sama kami," jelas dia.

Menurut Ron, blokade dan kebijakan AS yang mengancam perusahaan dan negara agar tidak berbisnis dengan Venezuela menjadi penyebab utama atas sebagian besar masalah ekonomi di negaranya.

"Suku cadang sulit didapatkan. Ketika mereka mencuri Citgo dari Venezuela dan memberikannya ke tangan oposisi, kami kehilangan kapasitas penyulingan bensin tertentu. Jadi sekarang kita terpaksa mengimpor beberapa komponen yang proses kilangnya berlangsung di Venezuela, bukan di kilang kita di Amerika Serikat," papar wakil menteri itu.

Dia mengungkapkan bahwa Venezuela sedang mempromosikan undang-undang anti-blokade untuk menemukan cara agar Venezuela dapat menghindari blokade dan memperkuat industri produksi nasional.

Agenda utama kebijakan luar negeri Venezuela pada 2021 adalah mempertahankan Venezuela dari agresi AS, dengan menggunakan setiap alat diplomatik secara multilateral.

"Kami juga telah melaporkan pejabat publik AS yang bertanggung jawab atas agresi ini ke Mahkamah Pidana Internasional karena ini merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan," tegas Ron.

Hubungan Venezuela dengan negara-negara Amerika Latin

"Jadi sebenarnya kita tidak perlu terkejut dengan fakta bahwa mereka tidak ikut campur. Itulah yang seharusnya menjadi norma," tutur Ron, ketika ditanya mengapa Bolivia, Meksiko, dan Argentina tidak terburu-buru memberi selamat kepada Maduro setelah pemilu 6 Desember.

Menurut dia, hubungan Venezuela dengan Amerika Latin masih kuat, terlepas siapa pun yang menjadi presiden.

"Kami adalah kelompok gerakan, partai politik, dan cendekiawan yang meyakini bahwa Amerika Laktin ditakdirkan untuk bersatu, yang punya cita-cita yang sama seperti yang dicita-citakan Simon Bolivar, yakni untuk memperkuat dan menyatukan benua. Kami akan terus memperjuangkannya," jelas Ron. 

Perang melawan Covid-19

Wakil menteri itu mengatakan jika Venezuela tidak menjalin hubungan yang kuat dengan negara-negara tertentu seperti Turki, China, Kuba, Rusia, dan Iran di semua lini, termasuk pengamanan pasokan medis, negara itu akan berada dalam krisis yang lebih besar daripada negara-negara tetangganya.

Infrastruktur negara yang kuat bersama dengan organisasi komunitas yang giat melakukan pelacakan penyakit dan memperhatikan kebutuhan pasien Covid-19 memainkan peran kunci dalam mengatasi pandemi. Sejauh ini, Venezuela melaporkan hampir 100.000 kasus, termasuk hampir 1.000 kematian akibat Covid-19.

Saat ini Venezuela tengah menantikan kiriman vaksin Sputnik V dari Rusia. Menurut Ron, program vaksinasi akan dimulai pada bulan-bulan pertama tahun depan, jika semuanya berjalan dengan lancar. 

Hubungan Venezuela-Turki

Ron mengatakan bahwa Venezuela dan Turki memiliki kepentingan yang sama.

"Selain ikatan komersial, bisnis, diplomatik, dan politik dengan Turki, kami juga harus menyatukan orang-orang kami agar bisa belajar satu sama lain," kata Ron.

"Kami menghormati Turki sebagaimana Turki menghormati kami. Meskipun terkadang kami memiliki pandangan tidak sama akan suatu hal, itu tidak masalah, selama kedua negara dapat membicarakannya," lanjut dia.

Dalam kesempatan itu, Ron sempat menyinggung serial televisi populer Turki "Ertugrul".

"Saya juga menontonnya, meskipun tidak sesering Presiden Maduro. Sangat menarik melihat orang-orang di jalan-jalan Venezuela membicarakannya," ujar Ron.

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/-venezuela-siap-lawan-blokade-as-tahun-depan/2077296
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement