Rabu 16 Dec 2020 10:09 WIB

Pemkot Bogor Siapkan RS Darurat Covid-19

Dua alternatif RS darurat di lapangan Marzoeki Mahdi dan soft ball GOR Pajajaran.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Hiru Muhammad
Pengunjung mendaftar untuk pemeriksaan tes cepat atau rapid test yang diadakan Dinas Kesehatan Kota Bogor di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Ahad (1/11/2020). Rapid test yang dilakukan secara acak pengunjung Kebun Raya Bogor tersebut sebagai upaya memutus mata rantai penularan COVID-19 di saat libur panjang akhir pekan.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Pengunjung mendaftar untuk pemeriksaan tes cepat atau rapid test yang diadakan Dinas Kesehatan Kota Bogor di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Ahad (1/11/2020). Rapid test yang dilakukan secara acak pengunjung Kebun Raya Bogor tersebut sebagai upaya memutus mata rantai penularan COVID-19 di saat libur panjang akhir pekan.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Menipisnya ketersediaan tempat tidur untuk pasien Covid-19 di Kota Bogor membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor segera mengambil langkah untuk membuat rumah sakit darurat. Saat ini, ada dua alternatif yang diputuskan untuk menjadi rumah sakit darurat Covid-19 Kota Bogor.

Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim mengatakan, dua alternatif tersebut adalah lapangan RS Marzoeki Mahdi dan lapangan soft ball GOR Pajajaran. “Kita sedang mengajukan lapangan Marzoeki Mahdi untuk dijadikan rumah sakit darurat Covid-19 Kota Bogor. Alternatif yg kedua, adalah lapangan soft ball atau lapangan bola luar GOR pajajaran,” kata Dedie.

Dipilihnya dua alternatif lapangan Marzoeki Mahdi dan lapangan soft ball GOR Pajajaran, dijelaskan Dedie, antara lain karena dua lokasi tersebut cukup memenuhi luas lahan yang diperlukan. Yakni sekitar 4.000-5.000 meter persegi.“Jadi lokasi ini cukup memenuhi,” tuturnya.

Selain itu, lanjut Dedie, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembangunan rumah sakit darurat. Pertama, yakni kedekatan dengan fasilitas kesehatan. Sebab, mobilisasi para tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat harus diperhatikan.

Kedua, rumah sakit darurat tidak berdiri sendiri. Tapi menempel pada satuan tuhas atau unit kerja fasilitas kesehatan.“Nah tinggal sekarang kita tinggal berkoordinasi dengan kontraktor yang akan melaksanakan pembangunan, yang sudah memiliki pengalaman. Bukan mereka yang belum pernah melaksanakan kegiatan pembangunan rumah sakit darurat,” jelasnya.

Dedie mengatakan, nantinya Pemkot Bogor akan berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Juga akan dikawal oleh inspektorat dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Rumah sakit darurat akan mulai dibangun bulan ini, meski penyelesaiannya membutuhkan dua hingga tiga bulan. “Kita akan mulai secepatnya. Kan kita itung dan izin lokasi dulu. Penyelesaiannya kita minta juga secepatnya karena kondisinya sudah sangat darurat,” ujar Dedie.

Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, Ilham Chaidir menerangkan, fasilitas yang akan dimiliki oleh rumah sakit darurat ini nantinya berupa 40 kamar karantina dan sepuluh kamar bertekenan rendah.

"Jadi memang ada spesifikasi seperti kamar tekanan negatif, kemudian tempat isolasi yang berkapasitas 40 untuk karantina, 10 untuk tekanan negatif," ujarnya.

Senada dengan Dedie, Ilham menambahkan, syarat lokasi yang digunakan menjadi rumah sakit darurat, antara lain memiliki luas tanah minimal 4.000 meter persegi. Nantinya, bentuk rumah sakit darurat yang akan dibangun merupakan bangunan permanen.“Nanti akan seperti rumah sakit, jadi bangunan permanen bukan semi permanen,” tuturnya.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, penambahan kasus positif di Kota Bogor pada Selasa (15/12) yakni sebanyak 72 orang. Pasien yang dinyatakan sembuh 65 kasus dan tiga orang dinyatakan meninggal. “Total kasus positif Covid-19 di Kota Bogor ada 815 kasus aktif, 3326 kasus dinyatakan sembuh dan 117 orang dinyatakan meninggal,” kata Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement