Selasa 15 Dec 2020 20:39 WIB

Dirut Bulog: Tak Perlu Takut Ancaman Krisis Pangan

Dengan diversifikasi pangan, Indonesia bisa mengatasi potensi krisis pangan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Fuji Pratiwi
Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas). Buwas mengatakan, dengan potensi dan variasi bahan pangan yang melimpah, Indonesia tak perlu takut krisis pangan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas). Buwas mengatakan, dengan potensi dan variasi bahan pangan yang melimpah, Indonesia tak perlu takut krisis pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Indonesia tidak perlu takut dengan ancaman krisis pangan yang diprediksi akan terjadi pada 2021. Karena, menurut Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog Budi Waseso (Buwas), Indonesia memiliki potensi dan variasi bahan pangan yang melimpah dan sejatinya bisa mencukupi kebutuhan nasional.

Apalagi, kata dia, Bulog juga meluncurkan produk barunya, Beras Singkong dengan merek Besita (Beras Singkong Petani).

Baca Juga

"Negara lain krisis pangan, Indonesia tidak perlu takut," ujar Buwas pada acara Pembukaan Gerai Kedua Jenderal Kopi Nusantara Buwas di Jalan Martadinata, Bandung, Jawa Barat, Selasa (15/12). 

Apalagi, kata dia, Indonesia sedang membangun ketahanan pangan. Di antaranya melalui peluncuran beras singkong, beras jagung, dan beras sagu.

Ia mengaku optimistis, dengan diversifikasi pangan, potensi krisis pangan yang disebabkan iklim maupun pandemi Covid-19 di Indonesia bisa diatasi.

"Indonesia memang masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap beras. Jika itu terus dilanjutkan, tanpa inovasi, akan mengancam ketahanan pangan nasional," kata dia.

Namun, Buwas mengaku optimistis, dengan inovasi yang dikembangkan Bulog saat ini. Karena, mereka yang tidak biasa makan singkong pun bisa makan beras dari singkong. Rasa dan kualitas sudah dirancang sedemikan rupa dan terjamin.

Berbeda dengan padi, kata dia, sagu tahan terhadap hama. Pasokannya pun melimpah, dengan cadangan mencapai 5,5 juta hektare tanaman sagu secara nasional, yang 87 persen di antaranya berada di wilayah Papua.

"Ini belum diolah dengan baik," kata Buwas.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement