Selasa 15 Dec 2020 18:26 WIB

Optimis Ekonomi Membaik, BTN Targetkan Laba Rp 1,5 T

Tercatat laba bersih BTN mencapai Rp 1,29 triliun per Oktober 2020.

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
 PT Bank Tabungan Negara (BTN) (Persero) Tbk menargetkan laba bersih sebesar Rp 1,4 triliun sampai Rp 1,5 triliun pada akhir tahun ini. (ilustrasi)
Foto: Istimewa
PT Bank Tabungan Negara (BTN) (Persero) Tbk menargetkan laba bersih sebesar Rp 1,4 triliun sampai Rp 1,5 triliun pada akhir tahun ini. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (BTN) (Persero) Tbk menargetkan laba bersih sebesar Rp 1,4 triliun sampai Rp 1,5 triliun pada akhir tahun ini. Tercatat laba bersih BTN mencapai Rp 1,29 triliun per Oktober 2020.

Direktur Finance, Strategy and Treasury, Nixon LP Napitupulu, mengatakan BTN berupaya tancap gas untuk memastikan target-target terpenuhi, khususnya target kredit tersalur agar bermanfaat bagi rakyat dan mendorong program perumahan nasional yang ditetapkan pemerintah.

Baca Juga

“Tahun ini (2020) kami optimistis bisa menembus laba pada kisaran  Rp 1,4 triliun hingga  Rp 1,5 triliun didorong pertumbuhan pendapatan bunga bersih dan fee based income,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (15/12).

Menurutnya optimisme tersebut cukup beralasan karena capaian kredit tersalur sebesar Rp 700 miliar pada April 2020. Bahkan pada November capaian kredit tersalur merupakan angka tertinggi secara bulanan pada tahun ini sebesar Rp 2,5 triliun.

“Ini yang menjadi optimisme kita selama akhir 2020 nanti kita bisa saja melampaui target. Tapi tunggu angka pastinya nanti pada saat publikasi Desember 2020,” ucapnya.

Akhir 2020, lanjut Nixon, sejumlah target lainnya seperti pencapaian dana pihak ketiga (DPK) juga diproyeksikan akan senada dengan capaian laba perseroan. “Yang pasti, rasio dana murah atau Current Account and Saving Account (CASA) semakin membaik atau mencapai kurang lebih 40 persen pada November, lebih baik dari Oktober kisaran 37 persen,” ucapnya.

Ke depan pada 2021 Nixon menyebut menjadi tahun penuh harapan dan optimisme dalam proses pemulihan ekonomi, tidak hanya di Indonesia tapi juga secara global. Hal ini disebabkan keseluruhan sektor dapat memberikan kontribusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi termasuk sektor properti atau perumahan.

“Untuk memacu sektor tersebut diperlukan dukungan seluruh stakeholders diantaranya pemerintah, jasa keuangan, dan perbankan dan juga sektor pendukung lain yang menjadi ekosistem sektor ini,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement