Rabu 09 Dec 2020 20:02 WIB

Covid-19 Terdeteksi di Kapal Pesiar Singapura

Pelayaran Royal Carribbean tanpa tujuan hanya untuk warga Singapura.

Covid-19 Terdeteksi di Kapal Pesiar Singapura. Ilustrasi
Foto: saudigazette
Covid-19 Terdeteksi di Kapal Pesiar Singapura. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Ratusan penumpang kapal milik Royal Caribbean dengan rute tak ke mana-mana dari Singapura diminta tetap berada di dalam kabin masing-masing hingga pelacakan kontak selesai. Sebelumnya, kasus Covid-19 terdeteksi di kapal pesiar itu.

Akibatnya, kapal Quantum of the Seas tersebut terpaksa kembali ke pelabuhan. Royal Caribbean dan Badan Pariwisata Singapura (STB) mengatakan semua tamu dan awak kapal Quantum of the Seas yang melakukan kontak dekat dengan seorang tamu pria 83 tahun, yang terinfeksi Covid-19, telah menjalani tes dengan hasil negatif.

Baca Juga

Direktur bagian kapal pelayaran di STB Annie Chang mengatakan penumpang dan awak kapal yang tersisa akan tetap berada di kamar masing-masing di atas kapal hingga pelacakan kontak selesai dilakukan. Chang juga menyebut semua penumpang akan menjalani tes Covid-19 yang diwajibkan sebelum meninggalkan terminal.

Sementara itu, pemberitahuan terbaru akan diberikan secara rutin kepada para penumpang dan makanan diantarkan langsung ke kamar mereka. "Ini jelas bukan akhir perjalanan yang kami inginkan," seorang penumpang, Rizal Ramli, mengatakan kepada stasiun penyiaran lokal Channel News Asia dari kapal, yang berlabuh di Singapura pada Rabu.

"Kami hanya disuruh menunggu di kamar kami dan mereka akan memberi kami pengumuman lebih lanjut," ujarnya.

Pelayaran tanpa tujuan oleh Royal Caribbean adalah salah satu pelayaran pertamanya sejak perusahaan menghentikan operasi global pada Maret karena virus corona. Terdapat 1.680 tamu dan 1.148 anggota kru di dalamnya, sebagaimana dilaporkan surat kabar lokal Straits Times.

Industri kapal pesiar global telah terpukul keras oleh krisis akibat pandemi, dengan beberapa klaster besar paling awal ditemukan di kapal pesiar. Dalam satu kasus pada Februari di lepas pantai Jepang, penumpang terjebak selama berminggu-minggu di atas kapal Diamond Princess dengan lebih dari 700 tamu dan awak terinfeksi.

Pelayaran Royal Carribbean tanpa tujuan dari Singapura dimulai minggu lalu dan hanya terbuka untuk penduduk Singapura. Kapal tidak singgah dan hanya berlayar tidak jauh dari negara-kota itu.

Kapal Quantum of the Seas kembali ke Singapura pada pukul 08.00 waktu setempat pada Rabu, sehari sebelum akhir pelayaran yang tadinya dijadwalkan berlangsung selama empat hari. Penumpang yang terinfeksi telah melapor ke pusat medis di kapal karena mengalami diare. Ia menjalani tes usap polymerase chain reaction (PCR) yang diwajibkan sebagai bagian dari protokol di dalam kapal.

Penumpang tersebut telah melakukan tes PCR Covid-19 wajib sebelum naik kapal, dan dinyatakan negatif. Kapal pesiar tersebut adalah bagian dari rencana Singapura untuk menghidupkan kembali industri pariwisata yang telah terpukul akibat virus corona jenis baru, yang telah menginfeksi lebih dari 67,7 juta orang di seluruh dunia dan membunuh 1.548.575 orang.

Singapura, yang mencatat lebih dari 58 ribu kasus dan 29 kematian, telah melaporkan kurang dari segelintir infeksi lokal dalam beberapa pekan terakhir. Kasus yang terjadi di kapal itu menjadi kemunduran berikutnya bagi Singapura, setelah rencana untuk membuka jalur perjalanan udara bebas karantina dengan Hong Kong bulan lalu ditunda pada jam-jam terakhir sebelum diberlakukan.

Bagian dari tindakan pencegahan dalam upaya memulai kembali kegiatan kapal pesiar di Singapura melibatkan pengujian pra-keberangkatan dan bagi para tamu untuk membawa alat pelacak kontak elektronik dan untuk menjaga jarak setiap saat. Mereka yang melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi akan dikarantina atau ditempatkan di bawah pengawasan kesehatan, surat kabar Straits Times melaporkan dengan mengutip pemberitahuan dari kementerian kesehatan.

Sementara itu, para penumpang lainnya diminta memantau kesehatan mereka sambil melanjutkan aktivitas rutin, termasuk pergi ke sekolah atau bekerja, dan menjalani tes usap di akhir periode pemantauan 14 hari.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement