Senin 07 Dec 2020 22:57 WIB

Masa Pandemi, BTN Lakukan Perbaikan Core Bisnis

Perbaikan core bisnis BTN terfokus kepada policy risk dan upgrading infrastruktur

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Dua wanita  pengguna Mobile Banking BTN sedang mengakses  fitur  pembayaran untuk menyelesaikan transaksi perbelanjaan di situs e-commerce di Jakarta, Selasa (10/11).
Foto: Istimewa
Dua wanita pengguna Mobile Banking BTN sedang mengakses fitur pembayaran untuk menyelesaikan transaksi perbelanjaan di situs e-commerce di Jakarta, Selasa (10/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk membukukan pertumbuhan laba sebesar 39,72 persen pada kuartal III 2020. Adapun capaian realisasi ini cukup positif di tengah pandemi Covid-19.

Direktur Utama BTN Pahala Mansury mengatakan pandemi Covid-19 telah memukul banyak sektor usaha, tak terkecuali perbankan. Hal ini menjadi tantangan  bagi para bankir untuk memutar otak dan mengatur strategi  melaju di tengah krisis.

“Kami dari sisi lain juga harus mempertahankan kualitas asetnya agar tetap baik,” ujarnya kepada Republika, Senin (7/12).

Menurutnya salah satu faktor yang membuat pertumbuhan bisnis perseroan didorong sektor perumahan yang menjadi core business perseroan. Hal ini merupakan sektor yang bangkitnya cukup baik, karena perumahan merupakan kebutuhan dasar di Indonesia.

“Rasio sektor perumahan dari produk domestik bruto (PDB) nasional hanya sebesar tiga persen, sehingga masih menjadi kebutuhan dasar masyarakat,” ucapnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi nasional yang terkontraksi pada Kuartal III 2020 sebesar minus 5,32 persen, sektor real estate masih dapat tumbuh 2,3 persen. Menurut Pahala sektor perumahan masih mampu menjadi penggerak perekonomian nasional di tengah efek pandemi Covid-19. 

“Perseroan cukup beruntung, karena kita fokus pada perumahan. Memang ada fase dimana terjadi penurunan penyaluran kredit pada April namun sudah mengalami recovery signifikan pada beberapa bulan terakhir. Di samping itu, BTN sebagai penyedia jasa keuangan merupakan sektor yang tergolong moderat kemungkinan pemulihannya, sehingga memerlukan waktu antara satu hingga dua tahun,” jelasnya.

Namun Pahala tidak menampik bahwa pada masa pandemi Covid-19, perbankan dihadapkan sejumlah risiko yang disebabkan penurunan pendapatan masyarakat atau debitur diantaranya risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas. Adapun risiko kredit menjadi yang pertama karena sektor riil dan sektor UMKM mengalami penurunan, sehingga berdampak pada kemampuan bayar debitur terhadap perbankan. 

“Risiko lainnya adalah sektor pasar dan risiko likuiditas ternyata tidak terlalu signifikan,” ucapnya.

Pahala menyebut risiko tersebut dihadapi BTN dengan melakukan beragam pembenahan dan perbaikan dalam beberapa hal untuk memperkuat bisnisnya. Sebagai sektor yang tidak terlalu terkena dampak Pandemi, Pahala menilai menjadi momentum yang tepat untuk melakukan perbaikan mulai dari kebijakan, business process dan layanan kepada nasabah.  

“BTN beruntung karena 75 persen bisnisnya segmen KPR, sekarang tinggal bagaimana kita memperbaiki business process, krisis ini menjadi momentum yang tepat untuk kita memperbaiki policy, termasuk policy risk, dan kepuasan nasabah kita tingkatkan sambil upgrading infrastructure digitalisasi yang kita tawarkan, tidak hanya produk DPK tapi juga KPR,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement