Sabtu 05 Dec 2020 21:41 WIB

Saat Pandemi Fintech Paling Gesit Beradaptasi

Empat Jempol deh, Di Tengah Pandemi Fintech Paling Gesit Beradaptasi

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Empat Jempol deh, Di Tengah Pandemi Fintech Paling Gesit Beradaptasi. (FOTO: Ist)
Empat Jempol deh, Di Tengah Pandemi Fintech Paling Gesit Beradaptasi. (FOTO: Ist)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Cambridge Centre for Alternative Finance (CCAF) dari University of Cambridge Judge Business School, World Bank Group, dan World Economic Forum bersama-sama meluncurkan Studi Penilaian Cepat Pasar FinTech Global COVID- 19 (Global COVID-19 FinTech Market Rapid Assessment Study).

Studi tersebut mengungkapkan bahwa industri FinTech global terus tumbuh di tengah pandemi, dengan 60% perusahaan yang disurvei telah meluncurkan produk atau layanan baru atau mengembangkan produk yang telah ada sebelumnya. Artinya mayoritas perusahaan fintech mampu beradaptasi dengan kondisi yang ada.

Riset ini didukung oleh UK Foreign, Commonwealth and Development Office (FCDO) dan Kementerian Keuangan Luksemburg yang diambil dari 1.385 perusahaan FinTech di 169 negara.

“Studi ini mengungkapkan bahwa sebagian besar industri Fintech global tangguh dalam menghadapi pandemi COVID-19. Meskipun demikian, hasil tersebut harus diinterpretasikan dalam konteks ketidakseimbangan dalam pertumbuhannya, dan peluang industri harus disandingkan dengan tantangan yang dihadapinya,” kata Bryan Zhang, Co-Founder dan Executive Director Cambridge Centre for Alternative Finance dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (4/12/2020).

Selain dapat dilihat dari sisi permintaan atau demand, kemampuan sebuah perusahaan FinTech dalam mencapai pertumbuhan dan ketahanan juga dapat dijelaskan dalam kemampuan mereka untuk tetap gesit dan lincah dalam menerapkan perubahan dalam produk, layanan, dan kebijakan yang ada.

Baca Juga: Fintech Tetap Tumbuh di Tengah Pandemi, Tapi Sayangnya...

"Dua per tiga dari perusahaan melaporkan telah membuat dua atau lebih perubahan pada produk atau layanan sebagai respons mereka terhadap COVID-19, sementara 30% lainnya melaporkan sedang melakukan proses yang sama," ungkap studi tersebut.

Selain itu, 92% perusahaan juga melaporkan telah meluncurkan atau sedang dalam proses meluncurkan produk atau layanan baru.

Terlepas dari indikator pertumbuhan positif ini, COVID-19 masih menghadirkan risiko eksternal serta tantangan operasional dan pendanaan kepada perusahaan FinTech.

Sekitar 40% dari perusahaan yang disurvei menunjukkan bahwa mereka telah memulai atau sedang dalam proses meningkatkan langkah-langkah keamanan dan pencegahan fraud sebagai respons mereka atas kondisi bisnis selama pandemi.

Tantangan operasional lain yang dilaporkan oleh perusahaan termasuk peningkatan 4% dalam penghentian operasional (downtime) agen atau mitra bisnis dan peningkatan 6% dalam transaksi, pertanyaan (queries), atau permintaan akses yang tidak berhasil.

Lebih lanjut, Fintech melaporkan 6% kenaikan biaya terkait onboarding dan 9% terkait pengeluaran untuk penyimpanan data.

Hasil survei menunjukkan bahwa penyelenggara FinTech yang beroperasi di negara dengan peraturan terkait COVID-19 yang lebih ketat menghadapi tantangan operasional yang lebih banyak dan biaya yang lebih tinggi daripada perusahaan yang berasal dari pasar dengan peraturan yang lebih longgar.

FinTech di negara-negara dengan peraturan yang lebih ketat cenderung melaporkan penghentian operasional agen atau mitra bisnis yang lebih tinggi (11% vs. 3%), atau mengalami transaksi yang tidak berhasil lebih sering (10% vs. 3%) daripada penyelenggara FinTech dari negara dengan kebijakan yang lebih longgar.

Sejalan dengan tantangan tersebut, survei tersebut juga mengungkapkan bahwa posisi keuangan penyelenggara FinTech mengalami tekanan akibat COVID-19 dengan lebih dari setengahnya melaporkan dampak negatif pada cadangan modal.

Sekitar 40% juga melaporkan bahwa pandemi berdampak negatif pada penilaian perusahaan mereka. Prospek penggalangan dana di masa depan menunjukkan respons beragam, dengan 34% menunjukkan dampak negatif, 21% melaporkan dampak positif, dan 30% melaporkan tidak ada perubahan atau mengatakan terlalu dini untuk membicarakan hal tersebut.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement