Sabtu 05 Dec 2020 05:38 WIB

Solusi Hadapi Disrupsi Pandemi, ini Kata Rektor IPB

Dalam menghadapi disrupsi, manusia harus memiliki mindset baru yakni growth mindset.

Rektor IPB University yang juga Forum Rektor Indonesia (FRI), Prof Dr Arif Satria.
Foto: Dok IPB University
Rektor IPB University yang juga Forum Rektor Indonesia (FRI), Prof Dr Arif Satria.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR --  Forum Rektor Indonesia (FRI) bersama IPB University dan Universitas Gadjah Mada menggelar webinar bertajuk Hacking the Global Pandemic: Thinking Like “There is No Box” for Innovative Education in the Aftermath of Covid-19 secara virtual, Kamis (3/12). Kegiatan tersebut digelar atas tuntutan perguruan tinggi dalam menjawab dan memenangkan berbagai tantangan di masa pandemi.

Universitas Gadjah Mada hadir sebagai host kegiatan tersebut dan turut mengundang beberapa narasumber yang mumpuni di bidangnya baik dari dalam maupun  luar negeri.

Rektor IPB University sekaligus Ketua FRI, Prof Dr Arif Satria hadir sebagai pembicara utama. Ia turut membagikan perspektifnya mengenai peran institusi pendidikan dalam menjawab tantangan dan strategi dalam menghadapi era disrupsi.Mengutip Charles Darwin, ia mengatakan bahwa dalam bertahan hidup, respons terhadap perubahan adalah hal yang terpenting. Makhluk hidup harus memiliki kemampuan beradaptasi dalam lingkungan yang terus berubah di samping didukung oleh kecerdasan dan kekuatan.

"Kini, manusia dihadapkan pada situasi yang tak terduga dan penuh dengan ketidakpastian. Sehingga, diperlukan skillset yang mumpuni, termasuk mindset adaptif, fleksibilitas, kolaborasi, complex problem solving, serta karakter inovatif. Perubahan teknologi yang pesat di era global ini, juga mendorong perubahan bagi bisnis, kompetensi, skill dan lanskap pendidikan. Dalam menghadapi disrupsi tersebut, manusia harus memiliki mindset baru yakni growth mindset. Di  mana seseorang menyadari kemampuannya untuk berkembang sehingga dapat mengubah karakteristik umum pada dirinya seperti bakat dan keahlian,” kata Prof Arif Satria dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Dikatakannya, pandemi Covid-19 telah mengakibatkan ketidakpastian nasib pada perekonomian, pekerjaan, finansial, hingga kesehatan mental. Ia mengatakan bahwa ketidakpastian tersebut tidak dapat dihindari, sehingga pastinya akan mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. “Termasuk ke dalamnya aspek pendidikan yang mendesak perubahan gaya interaksi dalam kegiatan belajar-mengajar,” ujarnya.Selain itu dikatakannya, implikasi lain bagi pendidikan tinggi adalah dalam hal pengalaman mahasiswa, staf dan fakultas, infrastruktur, hingga program pengabdian masyarakat.

Implikasi-implikasi tersebut juga telah mendorong perubahan bentuk pada beberapa aspek dalam perguruan tinggi.  Contohnya pergeseran dari penyebaran konten menjadi peningkatan hubungan dengan dosen dan personalia, peningkatan investasi pada infrastruktur dalam mendukung penegakan protokol kesehatan hingga peningkatan pelatihan dosen dalam penggunaan metode pembelajaran dengan teknologi tinggi.

 “Pandemi ini telah memberikan kita banyak pelajaran, terutama  betapa krusialnya menginovasikan penelitian yang bersifat ramah teknologi dan ketidakpastian.  Kita harus pandai dalam memanfaatkan big data, penelitian meta analisis dan pendekatan ilmiah lainnya secara virtual. Penting pula untuk berpikir out of the box agar dapat memformulasikan strategi penelitian melalui pendekatan normal baru. Selain itu, penting pula untuk menciptakan pendekatan baru dalam komunikasi dan kolaborasi sehingga peneliti dapat beradaptasi dengan lebih cepat, " jelasnya.

Dalam menciptakan inovasi tersebut,  menurutnya,  kita harus menerapkan apa yang dinamakan dengan future practice daripada best practice. Best practice dinilai tidak terlalu dibutuhkan dan kurang cukup dalam menghadapi situasi saat ini.

"Sebaliknya, kita harus menemukan future practice yang dapat menciptakan ruang untuk eksplorasi. Visi praktek masa depan tersebut adalah untuk mendorong perubahan dan membayangkan bentuk masa depan sehingga dapat menciptakan banyak peluang. Contohnya seperti penemuan aplikasi berbasis digital seperti Facebook, Alibaba, Airbnb dan Uber yang telah mendorong inovasi lain untuk ditemukan, " jelasnya.

Lebih lanjut diuraikannya, “Dalam hal Covid-19 dan permasalahan perguruan tinggi, kita dihadapkan dengan berbagai tantangan, namun di saat yang bersamaan tercipta pula berbagai peluang. Dengan kerja keras dan gotong royong, kita akan mengalahkan tantangan tersebut dan menciptakan masa depan yang cerah dan lebih baik." 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement