Jumat 04 Dec 2020 08:48 WIB

Kasus Covid-19 di Gaza Melonjak, Masjid dan Sekolah Ditutup

Kasus virus di Gaza telah meningkat tiga kali lipat selama sebulan terakhir

Rep: Zahrotul Oktaviani / Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Seorang petugas medis Palestina memakai masker saat melewati petugas polisi Hamas yang menjaga pintu masuk Rumah Sakit Shifa setelah kasus virus corona ditemukan di rumah sakit, di Kota Gaza, Rabu, 26 Agustus 2020. Pejabat kesehatan Gaza telah melaporkan kematian pertama. dari COVID-19 sejak pihak berwenang mendeteksi kasus lokal pertama virus korona awal pekan ini.
Foto: AP / Khalil Hamra
Seorang petugas medis Palestina memakai masker saat melewati petugas polisi Hamas yang menjaga pintu masuk Rumah Sakit Shifa setelah kasus virus corona ditemukan di rumah sakit, di Kota Gaza, Rabu, 26 Agustus 2020. Pejabat kesehatan Gaza telah melaporkan kematian pertama. dari COVID-19 sejak pihak berwenang mendeteksi kasus lokal pertama virus korona awal pekan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA --Sekolah dan masjid di jalur Gaza akan ditutup akhir pekan ini. Kementerian Dalam Negeri Gaza menyebut daerah kantong Palestina ini akan diisolasi sebagian dalam upaya mengurangi meningkatnya kasus Covid-19.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Eyad al-Bozom, mengatakan selama penutupan, beberapa bisnis akan tetap diizinkan buka sampai berlakunya jam malam. Meski demikian, Bozom tidak merinci berapa lama penguncian diperkirakan akan berlangsung atau jenis bisnis apa yang akan diizinkan untuk tetap beroperasi.

Secara umum, beberapa fasilitas publik seperti pasar, apotek dan restoran yang menawarkan layanan dibawa pulang diizinkan untuk tetap buka selama kuncian wilayah akibat virus Covid-19.

Dilansir di Middle East Eye, Jumat (4/12), kasus virus di Gaza telah meningkat tiga kali lipat selama sebulan terakhir, berkisar sekitar 900 kasus baru setiap hari. Sementara itu, jumlah kematian meningkat empat kali lipat menjadi 122.

 

Secara total, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 23.000 infeksi telah dilaporkan di daerah kantong itu. Kantor berita resmi Palestina, Wafa, melaporkan setidaknya ada 827 kasus baru yang dikonfirmasi di Gaza, Kamis (3/12).

Organisasi kesehatan telah memperingatkan jika pandemi ini dapat dengan mudah lepas kendali dan membebani sistem kesehatan wilayah Palestina yang sedang berjuang. WHO pada mengirimkan 15 ventilator ke rumah sakit Gaza, menyusul peringatan dari pejabat kesehatan setempat, yang menyebut rumah sakit telah mencapai titik puncak dan hampir kehabisan ventilator.

Meskipun terjadi peningkatan kasus, penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir dibuka pada Kamis untuk jangka waktu tiga hari. Menurut Pusat Hukum Gisha untuk Kebebasan Bergerak, pembukaan tersebut dilakukan untuk keempat kalinya sejak Maret dan mengizinkan Warga Gaza keluar dari tempatnya, serta keenam kalinya warga diizinkan masuk dari Mesir,

Kepadatan di antara dua juta penduduk Gaza dan blokade yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir telah lama menyebabkan kekhawatiran tentang potensi dampak virus. Meski demikian, wilayah itu mencatatkan nol kasus atau lolos dari wabah besar ini hingga Agustus.

Pimpinan kesehatan lokal WHO, Abdelnaser Soboh, memperingatkan seperlima dari tes yang dilakukan menunjukkan hasil positif. Sebagian besar yang terkonfirmasi positif merupakan penduduk yang berusia di atas 60 tahun.

Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, dan setidaknya satu pejabat senior lainnya dinyatakan positif terkena virus, Selasa (1/12). Kondisi ini terjadi satu bulan setelah Kepala Negosiator Palestina, Saeb Erekat, meninggal karena komplikasi terkait virus Covid-19.

Pada 15 November, pihak berwenang memberlakukan sejumlah pembatasan, termasuk melarang pergerakan di daerah yang paling parah terkena dampak. Toko diwajibkan tutup pada jam 5 sore dan melarang kunjungan dalam ruangan lebih dari 15 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement