Jumat 04 Dec 2020 06:19 WIB

Forum Ekonomi Dunia: Fintech Itu Tangguh!

Forum Ekonomi Dunia: Fintech Itu Tangguh!

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Forum Ekonomi Dunia: Fintech Itu Tangguh!. (FOTO: Ist)
Forum Ekonomi Dunia: Fintech Itu Tangguh!. (FOTO: Ist)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Bagaimana kinerja industri finansial teknologi (fintech) di tengah pandemi COVID-19? Studi Penilaian Cepat Pasar Fintech Global COVID-19 bisa menjawabnya.

Studi itu merupakan hasil kerja sama dari Cambridge Centre for Alternative Finance (CCAF) dari University of Cambridge Judge Business School, World Bank Group, dan World Economic Forum. Riset itu juga mendapat dukungan UK Foreign, Commonwealth and Development Office (FCDO) dan Kementerian Keuangan Luksemburg.

"Industri FinTech global terus tumbuh di tengah pandemi, dengan 60% perusahaan yang disurvei telah meluncurkan produk atau layanan baru atau mengembangkan produk yang telah ada sebelumnya," begitu bunyi hasil itu, dikutip Kamis (2/12/2020).

Baca Juga: Meski di Tengah Pandemi, Realme Masih Bisa Raih Pertumbuhan 3 Digit

Baca Juga: 12 Orang Terkaya di Sektor Teknologi Global, Total Harta Mereka Capai Rp14 Kuadriliun Loh

Namun, pertumbuhan FinTech lintas model bisnis, wilayah, dan pasar sangat tidak merata. Fintech masih menghadapi hambatan signifikan dalam operasi dan penggalangan dana. Penyelenggara FinTech juga mengisyaratkan perlunya lebih banyak dukungan peraturan dan pemerintah mengingat pandemik COVID-19 masih menjadi kendala bagi industri. 

Diambil dari 1.385 perusahaan FinTech di 169 negara, data studi tersebut mengindikasikan, 12 dari 13 sektor fintech melaporkan pertumbuhan year-on-year (YOY) untuk paruh pertama tahun 2020 dibandingkan dengan periode yang sama sebelum pandemi di tahun 2019.

Perusahaan-perusahaan melaporkan pertumbuhan rata-rata dalam jumlah dan volume transaksi sebesar masing-masing 13% dan 11%. Namun, dampak COVID-19 pada kinerja pasar tidak merata di seluruh sektor industri, geografi, dan bergantung pada tingkat perkembangan ekonomi serta ketatnya peraturan terkait COVID-19 di masing-masing negara.

Pembayaran Digital, Digital Savings, WealthTech, dan Digital Asset Exchanges secara global menunjukkan pertumbuhan di atas 20%, sedangkan sektor Digital Banking, Digital Identity, dan RegTech menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dengan sekitar 10%.

Satu-satunya sektor yang melaporkan adanya penurunan selama periode yang sama adalah Digital Lending (pinjaman online), yang volume transaksinya turun rata-rata 8%. Pinjaman online, sama seperti pinjaman bank, bersifat procyclical (ketika siklus ekonomi menurun maka penyaluran kredit pasti ikut menurun). Fintech yang memfasilitasi pinjaman online juga melaporkan penurunan rata-rata 6% dalam hal pemberian pinjaman baru dan melaporkan kenaikan 9% pinjaman yang menunggak.

Secara geografis, kawasan dengan pertumbuhan transaksi tertinggi adalah Timur Tengah & Afrika Utara (MENA) dengan 40%, Amerika Utara (21%), dan Afrika Sub-Sahara (21%). Hasil tersebut kontras dengan pertumbuhan transaksi sebesar 13% di Amerika Latin.

Bahkan, studi tersebut menyiratkan pertumbuhan yang lebih lambat di Kawasan Eropa dan Asia-Pasifik. Selanjutnya, pasar FinTech dengan peraturan terkait karantina kawasan atau ”lockdown” akibat COVID-19 yang ketat memiliki rata-rata pertumbuhan transaksi 50% lebih tinggi daripada di negara-negara yang memiliki peraturan lebih longgar.

Head of Financial and Monetary Systems, World Economic Forum, Matthew Blake menilai, COVID-19 menggangu ekonomi global, yang akhirnya berdampak pada perusahaan dan konsumen.

Ia menambahkan, di tengah kondisi tak pasti saat ini, "Fintech telah terbukti tangguh dan mudah beradaptasi: berkontribusi pada upaya penyampaian bantuan pandemi, mampu menyesuaikan operasional dan menawarkan layanan untuk segmen pasar yang rentan, seperti bisnis mikro, kecil dan menengah, sambil mencatat pertumbuhan YoY di sebagian besar wilayah dunia.”

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement