Jumat 04 Dec 2020 00:35 WIB

Korupsi Lobster Buruknya Pengelolaan Biodiversitas Nasional

Benih lobster itu merupakan komoditas biodiversitas Indonesia.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Ilustrasi suap ekspor benih lobster
Foto: republika
Ilustrasi suap ekspor benih lobster

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Konsorsium Biologi Indonesia (Kobi), Budi Setiadi Daryono menilai, kasus korupsi benih lobster turut menggambarkan buruknya pengelolaan biodiversitas nasional. Terlebih, benih lobster itu merupakan komoditas biodiversitas Indonesia.

Dia merasa, para pengampu kepentingan dan pelaku bisnis di Tanah Air selalu melihat potensi biodiversitas sebagai sumber daya ekonomi semata yang siap dieksploitasi. Padahal, itu merupakan sumber daya ekologi yang perlu dikelola dan dilestarikan.

Untuk itu, kata Budi, bila cara pandang bangsa kita hanya melihat sumber daya alam, khsususnya biodiversitas sebagai sumber daya ekonomi semata, maka akan merusak dan memusnahkan biodiversitas kita. Terutama, pemimpin politik dan pemangku kepentingan.

Dekan Fakultas Biologi UGM itu mengingatkan, walau benur merupakan bayi-bayi lobster orang Indonesia tidak sabar. Lalu, prioritas riset dalam membudidayakan benur-benur lobster umumnya hanya ada di lingkungan alam untuk dipelihara jadi lobster dewasa.

"Yang mana, harganya memang ratusan atau ribuan kali lipat dibanding benurnya," kata Budi, Kamis (3/12).

Namun, kata Budi, negara-negara pengimpor benur lobster mampu menjadi pusat-pusat riset lobster dengan tujuan jangka panjang dapat mengembangkan budidaya lobster. Dengan begitu, untuk masa mendatang mereka akan menjadi pusat produksi Lobster.

"Bahkan, negara-negara tersebut telah berhasil membudidayakan ikan salmon sebagai industri perikanan tanpa mengganggu sumber ikan salmon di alam liarnya," ujar Budi.

Budi turut menyampaikan keprihatinan tidak cuma atas cara pandang, tapi perilaku predasi pemangku kekuataan dan pengusaha dalam menguras biodiversitas Indonesia. Karenanya, ke depannya cara pandang kita terhadap biodiversitas harus diubah.

"Diubah dengan menghargai, mengelola dengan bijak dan melestarikan biodiversitas, termasuk lobster agar dapat dimanfaatkan dan dilanjutkan generasi berikutnya," kata Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement