Jumat 04 Dec 2020 01:24 WIB

Jumlah Infeksi Covid-19 di Iran Lampaui Satu Juta Kasus

Menurut angka resmi virus corona telah menewaskan 49.348 orang di Iran

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN -- Juru bicara kementerian Kesehatan Iran, Sima Sadat Lari mengatakan infeksi virus corona telah melampaui satu juta kasus hingga Kamis (3/12). Tepatnya sebanyak 1.003.494 orang telah terinfeksi Covid-19 sejak kasus pertama kali ditemukan di Iran pada Februari lalu.

Menurut angka resmi virus corona telah menewaskan 49.348 orang di Iran selama periode waktu yang sama. Namun menurut pengakuan beberapa pejabat, termasuk Menteri Kesehatan Saeed Namaki, angka tersebut jauh lebih rendah dari kenyataan.

"Dalam 24 jam terakhir, virus telah menyebabkan 358 kematian di negara dengan populasi lebih dari 80 juta orang dan 13.922 kasus infeksi baru," kata Lari, dilansir dari Arab News, Kamis (3/12),

Covid-19 pertama kali muncul di Qom, sebuah kota suci Syiah di selatan ibu kota. Virus tersebut telah menyebabkan dua orangtua meninggal dunia dan kematian itu merupakan kematian pertama yang dikonfirmasi akibat virus corona.

Pihak berwenang telah mengambil serangkaian tindakan untuk menghentikan penyebaran virus. Tetapi dihadapkan dengan tantangan ganda, yaitu sanksi AS dan pandemi, membuat Iran tidak pernah memberlakukan penguncian penuh karena khawatir hal itu akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada ekonomi Iran.

Beberapa perusahaan yang tidak begitu penting ditutup selama dua minggu, di daerah dengan risiko tinggi Covid-19. Langkah-langkah tersebut berlaku untuk sebagian besar kota di Iran, termasuk Teheran dan 30 ibu kota provinsi lainnya di negara itu.

Sebagaimana negara lain yang juga terinfeksi virus corona, Iran juga mulai mengembangkan vaksinnya sendiri. Saat ini, Iran masih menunggu ketersediaan vaksin apapun untuk melawan virus tersebut.

Namaki mengumumkan pada Rabu (2/12) bahwa sebuah perusahaan Iran telah memperoleh lisensi untuk mengujikan vaksin tersebut kepada manusia. Karena tahap pengujian terhadap hewan, menurut Minou Mohraz, seorang ahli epidemiologi medis dengan Komite Pengendalian Virus Corona Nasional, fase pengujian dengan hewan telah selesai.

"Mereka belum menentukan kapan pengujian akan dilakukan pada manusia.

Tetapi Namaki mengatakan bahwa jika langkah tersebut berhasil, kami akan menjadi salah satu produsen utama (vaksin COVID) di wilayah ini pada awal musim semi mendatang," ujar Mohraz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement