Kamis 03 Dec 2020 06:31 WIB

Para Pemimpin Agama Kecam Ekstremisme di Eropa

Ekstremisme dikecam pemimpin agama di Eropa.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Para Pemimpin Agama Kecam Ekstremisme di Eropa. Foto: Radikalisme(ilustrasi)
Foto: punkway.net
Para Pemimpin Agama Kecam Ekstremisme di Eropa. Foto: Radikalisme(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Para pemimpin agama mengecam aksi ekstremisme di Eropa menyusul serangan teroris baru-baru ini di Prancis dan Austria. Aksi ekstremisme dan terorisme tak dibenarkan dalam ajaran agama apapun.

Pernyataan itu dilakukan dalam forum yang diadakan Pusat Internasional untuk Dialog Antaragama dan Antarbudaya Raja Abdullah bin Abdul Aziz (KAICIID) yang bekerja sama dengan Dewan Pemimpin Agama Eropa. Kerja sama ini menyelenggarakan seminar dialog virtual bertema “Kontribusi Para Pemimpin Agama dalam Menanggulangi Ekstremisme Kekerasan dan Mempromosikan Kohesi Sosial di Eropa: Pertarungan dan Respon. ”

Baca Juga

Dilansir di Arab News, Kamis (3/12), seminar ini merupakan bagian dari rangkaian inisiatif KAICIID untuk mempromosikan kohesi sosial di Eropa menyusul serangan teroris baru-baru ini di Prancis dan Austria. Sekretaris Jenderal KAICIID, Faisal bin Muaammar, mengatakan bahwa aksi terorisme berasal dari pemahaman yang salah dan menyesatkan tentang agama mereka.

“Mereka memilih bahasa kekerasan, meninggalkan semua alternatif damai,” katanya

Bin Muaammar menyoroti dampak platform media sosial dalam memicu kekerasan dan kebencian setelah serangan serupa dalam beberapa tahun terakhir. Tanggapan dan tanggapan balasan dari pengikut agama dan budaya di Eropa dan dunia pada umumnya memicu kontroversi, menurutnya ujaran kebencian dan kejahatan menurut penelitian dan studi yang diadopsi dalam hal ini nampak terjadi.

Di sisi lain, kata dia, penyalahgunaan agama di satu sisi dan penargetan komponen masyarakat, agama, ras, dan budaya, di sisi lain, telah menjadi ciri yang menarik di beberapa masyarakat. Ahad lalu, terdapat serangan terhadap seorang rabi di sebuah jalan di Wina karena identitas agamanya yang terlihat saja.

“Di balik setiap cerita seperti ini, mungkin ada ratusan cerita serupa yang keluar dari sorotan,” ujarnya.

Para peserta dalam forum diskusi itu pun membahas beberapa tema, termasuk efektivitas dialog, dan memperkuat kemitraan antara para pemimpin agama dan pembuat kebijakan untuk mencegah ekstremisme dan potensi kekerasan.

Bin Muammar mengatakan bahwa seminar virtual mencerminkan upaya pusat untuk memberikan ruang untuk refleksi, kepercayaan diri, dan partisipasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement