Rabu 02 Dec 2020 20:04 WIB

PBB: Bantuan Kemanusian 2021 Melonjak karena Covid-19

PBB proyeksikan 235 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan tahun depan.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
imago/Schöning
imago/Schöning

Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan OCHA (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs) memperkirakan terjadi peningkatan 40% dalam jumlah orang yang membutuhkan bantuan tersebut pada tahun 2021 dibandingkan dengan tahun ini karena pandemi Covid-19.

OCHA menyebutkan hal itu dalam laporan tahunan terbarunya Global Humanitarian Overview yang dirilis Selasa (1/12). Laporan itu mengatakan, untuk menjangkau 160 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan akan dibutuhkan dana USD $ 35 miliar, lebih dua kali lipat daripada dana USD 17 miliar yang telah disediakan oleh para donor untuk tanggap darurat kemanusiaan internasional sepanjang 2021.

"Gambaran ini adalah perspektif paling suram dan tergelap tentang kebutuhan kemanusiaan yang pernah kami buat, dan itu karena pandemi telah menuai kematian di negara-negara paling rapuh dan rentan di planet ini," kata kepala kemanusiaan PBB Mark Lowcock, Direktur OCHA.

"Untuk pertama kalinya sejak 1990-an, kemiskinan ekstrem akan meningkat, usia harapan hidup turun, angka kematian tahunan akibat HIV, tuberkulosis, dan malaria meningkat dua kali lipat,'' tambahnya.

Sekjen PBB: Kekurangan anggaran bantuan "mengerikan"

Mark Lowcock mengatakan pada pengarahan PBB di New York tentang gambaran umum situasi kemanusiaan bahwa PBB mungkin akan membutuhkan sekitar USD 20 miliar sampai akhir tahun ini. Namun kesenjangan antara kebutuhan dan pendanaan semakin besar dan PBB mencaridan berharap pada "aktor baru'' yang bisa tampil pada tahun 2021, termasuk pemerintahan baru Presiden terpilih AS Joe Biden.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, anggaran bantuan kemanusiaan sekarang menghadapi kekurangan yang mengerikan karena dampak pandemi COVID-19 terus memburuk, dan kemiskinan ekstrem telah meningkat untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu generasi.

"Kehidupan orang-orang di setiap negara dan penjuru dunia telah terguncang oleh dampak pandemi, '' katanya. "Mereka yang sudah hidup di ujung tanduk kini terpukul secara tidak proporsional oleh kenaikan harga pangan, penurunan pendapatan… dan penutupan sekolah.''

Dampaknya runtuhnya perekonomian

Direktur OCHA Mark Lowcock mengatakan masalah terbesar ada di Yaman di mana sekarang ada bahaya "kelaparan skala besar". Alasan utamanya adalah kurangnya dana dari negara-negara Teluk yang merupakan donor utama di masa lalu.

Menurut laporan OCHA, negara-negara lain yang terutama membutuhkan bantuan kemanusiaan termasuk Afghanistan, Kongo, Haiti, Nigeria, Sudan Selatan, Ukraina, dan Venezuela. Negara pendatang baru yang masuk daftar tahun ini adalah Mozambik, di mana aktivitas ekstremis meningkat di utara, Pakistan dan Zimbabwe.

Mark Lowcock mengatakan, semua itu bukan dampak langsung pandemi, melainkan dampak runtuhnya perekonomian yang memiliki efek terbesar pada kebutuhan kemanusiaan. "Ini semua menghantam orang-orang termiskin di negara-negara termiskin, yang (kondisinya) paling parah dari semuanya,''katanya. " Untuk yang termiskin, pukulan akibat pandemi akan berlangsung lama dan keras."

hp/vlz (afp, ap)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement