Selasa 01 Dec 2020 13:17 WIB

Pneumonia pada Balita di Jabar Capai 114.753 Kasus

Kasus pneumonia di Jabar paling banyak terjadi pada balita dibawah 5 tahun.

Ilustrasi. Rumah Zakat beri dukungan kepada balita penderita pneumonia.
Foto: Rumah Zakat
Ilustrasi. Rumah Zakat beri dukungan kepada balita penderita pneumonia.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Di tengah pandemi Covid 19 ini, masyarakat tak boleh lengah pada penyakit lainnya. Salah satunya, pneumonia yakni peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Pneumonia bisa menimbulkan gejala yang ringan hingga berat. Beberapa gejala yang umumnya dialami penderita pneumonia adalah batuk berdahak, demam, dan sesak napas. Pneumonia juga dikenal dengan istilah paru-paru basah. 

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jabar, Berli Hamdani, jumlah kasus pneumonia di Jabar paling banyak terjadi pada anak balita yang berusia kurang dari 5 tahun. Jumlah kasusnya, mencapai 114.753 kasus. Sementara kasus pada pasien usia lebih dari 5 tahun, ada  28.730 kasus. "Range usia pneumonia di program yg direkap range usia anak 0 sampai 5 tahun dan diatas 5 tahun," ujar Berli, Selasa (1/12).

Berli mengatakan, untuk menekan angka kasus pneumonia di Jabar, pihaknya tentu melakukan berbagai langkah-langkah pencegahan. Salah satu upaya pencegahan yang dilakukan, dengan deteksi dini kasus pneumonia di Puskesmas.

Selain itu, kata dia, ada program imunisasi vaksin PCV. Khusus di Jabar, akan dilaksanakan mulai Januari 2021. "Kami optimistis program vaksinasi ini bakal bisa menekan jumlah penderita di Jawa Barat. Insya Allah bisa," katanya.

Menurut Berli, program imunisasi PCV bagi anak-anak dan lansia yang memiliki potensi terpapar pneumonia ini akan efektif. Karena sasaran program ini untuk bayi dan balita usia 2 bulan, 3 bulan dan 12 bulan.

Tentunya, kata dia, ini akan melindungi sampai dengab 100 persen dari kemungkinan terinfeksi Pneumonia Balita. "Termasuk salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)," kata Berli.

Provinsi Jawa Barat sendiri, kata dia, sudah siap menjalankan program imunisasi PCV ini. Karena, Jabar sudah dipersiapkan sejak 2019, bersama dengan Provinsi Jatim, Bangka Belitung dan NTB, sebagai fokus introduction vaksin PCV ini. "Jabar insya Allah siap," tegas Berli.

Berli menjelaskan, dari sisi sumber daya manusia Provinsi Jabar pun sudah siap menjalankan PCV ini. Karena, seluruh tenaga puskesmas di 1.084 puskesmas se-Jabar (>5.000 tenaga vaksinator) dan sudah tersosialisasi sudah siap.

Syarat lainnya, kata dia, dari Puskesmas harus menyampaikan mikroplanning pelaksanaan imunisasi PCV ini. Hal ini, disampaikan secara berjenjang sampai ke Kemenkes untuk mengantisipasi dan tatakelola logistik  serta supporting program lainnya.

Terkait pemahaman masyarakat terhadap pneumonia, menurut Berli, upaya Promosi Kesehatan kepada masyarakat tentang pneumonia ini terus menerus dilaksanakan secara berjenjang. Yakni, dari Kemenkes sampai petugas dan kader di lapangan.  Selain itu, melalui semua kanal media dan influencer terpilih. Berli menilai, sebagian masyarakat sudah cukup memahami tapi sebagian lagi masih memahami sebatas pneumonia itu hanyalah penyakit sesak nafas.  "Masyarakat, sering menyalahartikan dengan tuberkulosa bahkan asma. Padahal berbeda Penanganannya dan pencegahannya. Makanya harus terus kami edukasi," katanya.

Dikatakan Berli, pelaksanaan imunisasi PCV akan digelar di semua 27 Kab/Kota. Karena, kasus pneumonia ada disemua Kota/Kab Jabar. Program ini, dimasukan dalam program imunisasi dasar rutin di Puskesmas. PCV, kata Berli sebelumnya sudah dipasarkan dan sudah lama digunakan sebelum Pandemi. Namun, waktu itu mandiri jadi harus bayar. Kalau sekarang, diberikan oleh pemerintah dan dimasukan sebagai imunisasi dasar rutin pada balita atau baduta. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement