Selasa 01 Dec 2020 12:20 WIB

BPS Ingatkan Dampak Musim Penghujan ke Inflasi

Pada November kemarin terjadi inflasi 0,28 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Inflasi (ilustrasi)
Inflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menekankan dampak musim penghujan terhadap tren kenaikan inflasi bulan-bulan mendatang. Khususnya terhadap komoditas bahan makanan yang rentan terhadap cuaca dari sisi produksi maupun distribusi.

Catatan BPS menyebutkan, pada November, tren inflasi kembali berlanjut selama dua bulan berturut-turut. Sebelumnya, Indonesia sempat mengalami deflasi sepanjang tiga bulan berturut-turut, yakni Juli sampai September.

Baca Juga

Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS Setianto menyebutkan, tren inflasi berpotensi terjadi mengingat musim penghujan. "Cuaca, ombak tinggi dan curah hujan yang tinggi, ini bisa menghambat distribusi barang dari produsen ke konsumen," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (1/12).

Pada November, level inflasi Indonesia mencapai 0,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/ mtom) dengan inflasi tahun kalender sebesar 1,23 persen. Sementara itu, pada Oktober, tingkat inflasi adalah 0,07 persen (mtom) dengan inflasi tahun kalender 0,95 persen.

Setianto menjelaskan, penyebab inflasi bulan lalu adalah kenaikan harga daging ayam yang memberikan kontribusi 0,08 persen. Telur ayam ras dan cabang merah yang mengalami kenaikan harga juga menyumbang sebesar 0,04 persen, sementara bawang merah memberikan andil 0,03 persen.  

Di sisi lain, masih ada beberapa komoditas bahan makanan yang mengalami penurunan harga atau deflasi. Di antaranya, beras dan daging sapi yang masing-masing memberikan andil 0,01 persen terhadap deflasi bulan lalu.

Dinamika harga beberapa komoditas tersebut menyebabkan kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi 0,86 persen pada bulan lalu. Kontribusi kelompok ini terhadap inflasi pun sangat signifikan, yaitu hingga 0,22 persen.

Dari 11 kelompok yang dipantau, BPS mencatat, hanya dua di antaranya yang mengalami deflasi. Salah satunya, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga yang tercatat deflasi 0,04 persen pada November dibandingkan Oktober. Komoditas yang dominan memberikan andil yaitu tarif listrik sebesar 0,01 persen.

Selain itu, perawatan pribadi dan jasa lainnya juga mengalami deflasi sebesar 0,23 persen. Penurunan harga emas perhiasan memberikan andil 0,02 persen terhadap tren ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement