Selasa 01 Dec 2020 07:08 WIB

Kena Serangan Jantung, Perempuan Lebih Berisiko Meninggal

Kesenjangan perawatan kesehatan jantung bagi perempuan perlu diatasi.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan, Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Ada sejumlah gejala yang menjadi indikasi seranagn jantung terjadi pada perempuan, kenali dan siaga sebelum terjadi.
Foto: ist
Ada sejumlah gejala yang menjadi indikasi seranagn jantung terjadi pada perempuan, kenali dan siaga sebelum terjadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penelitian terbaru yang terbit di jurnal American Heart Association, Circulation, mengungkap bahwa perempuan menghadapi fatalitas yang lebih tinggi daripada pria ketika terkena serangan jantung. Risiko perempuan mengalami gagal jantung atau kematian dalam lima tahun setelah pertama kali mengalami serangan jantung 20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan pria.

Temuan itu menjadi penyegar dari penelitian-penelitian sebelumnya, yang kerap kali berfokus pada serangan jantung berulang atau dampak kematian. Dalam mempelajari kesenjangan ini, para peneliti menganalisis data lebih dari 45 ribu pasien (30,8 persen perempuan) yang dirawat di rumah sakit karena serangan jantung pertama antara 2002 hingga 2016 di Alberta, Kanada.

Baca Juga

"Perempuan sejak lama terus mendapatkan perawatan yang kurang agresif dan kami telah melakukan perubahan, tetapi kesenjangan masih ada,” kata Dr Leslie Cho, ahli jantung di Heart, Vascular & Thoracic Institute di Cleveland Clinic, seperti dikutip USA Today, mengenai kesenjangan layanan kesehatan bagi perempuan.

Sementara itu, peneliti berfokus pada dua jenis serangan jantung.  Pertama, serangan jantung parah yang mengancam jiwa dan biasa disebut infark miokard elevasi segmen ST (STEMI) dan jenis yang lebih ringan dan lebih umum, yakni Non-STEMI (NSTEMI). Pasien diikuti rata-rata selama 6,2 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian, perempuan yang lebih tua dan menghadapi berbagai komplikasi serta memiliki lebih banyak faktor risiko, akan memiliki risiko lebih besar untuk gagal jantung setelah serangan jantung awal. Risiko gagal jantung, baik di rumah sakit atau setelah pulang, tetap lebih tinggi pada perempuan apapun jenis serangan jantungnya.

Selain itu, risiko kematian pada perempuan juga lebih tinggi. Usia rata-rata perempuan 72 tahun ketika mengalami serangan jantung pertama, sementara pria mengalaminya rata-rata pada usia 61 tahun.

"Itu karena kesehatan jantung perempuan masih terlindungi oleh estrogen, namun kadar estrogen menurun ketika menopause," jelas dr Eugenia Gianos, direktur program jantung perempuan di Lenox Hill Hospital di New York City, Amerika Serikat

Menurut American Academy of Cardiology,  kadar estrogen pada perempuan membantu melindungi jantung dengan meningkatkan kelenturan pembuluh darah dan arteri, memungkinkannya untuk menampung aliran darah.

Perempuan juga memiliki riwayat medis yang lebih rumit pada saat serangan jantung, termasuk tekanan darah tinggi, diabetes, fibrilasi atrium, dan penyakit paru obstruktif kronik. Semuanya merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan gagal jantung.

Di lain sisi, perempuan lebih jarang mendapatkan perawatan yang dibutuhkannya di rumah sakit. Perempuan juga memiliki tingkat prosedur revaskularisasi yang sedikit lebih rendah untuk memulihkan aliran darah, seperti angioplasti bedah.

"Perempuan, sebagai orang yang merawat keluarga, cenderung untuk mengutamakan kesehatan anak-anak dan keluarganya dan menomorsekiankan kesehatannya dengan tidak memeriksakan diri ke dokter dan tidak meluangkan waktu untuk mengembangkan gaya hidup yang lebih sehat bagi jantung, misalnya dengan berolahraga," kata Gianos.

Terlepas dari apakah serangan jantung mereka adalah jenis yang parah atau kurang parah, menurut para peneliti, perempuan yang diberi resep obat seperti beta blocker atau obat penurun kolesterol lebih sedikit.  Menurut penulis utama dari studi itu, yang juga merupakan Wakil Direktur Pusat VIGOR Kanada, Universitas Alberta, Justin A Ezekowitz, penelitian itu mengidentifikasi kapan dan bagaimana perempuan yang berisiko lebih tinggi mengalami gagal jantung, untuk dapat membantu penyedia layanan mengembangkan pendekatan pencegahan yang lebih efektif.

‘’Kepatuhan yang lebih baik adalah untuk mengurangi kolesterol, mengontrol tekanan darah tinggi, berolahraga lebih banyak, makan makanan yang sehat dan berhenti merokok, dikombinasikan dengan pengenalan masalah ini lebih dini dalam hidup akan menyelamatkan ribuan nyawa perempuan dan laki-laki. " kata Ezekowitz dikutip News Medical, Selasa (1/12).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement