Senin 30 Nov 2020 13:25 WIB

Kisah Mangga Termahal dan Asa Menciptakan Petani Milenial

Mangga agrimania dibubidaya dengan sistem Ultra Hight Density Plantation.

Rep: Lilis sri handayani/ Red: Friska Yolandha
Seorang mahasiswa sedang belajar merawat buah mangga Agrimania di Agrowisata Agrimania Situbolang.
Foto: Istimewa
Seorang mahasiswa sedang belajar merawat buah mangga Agrimania di Agrowisata Agrimania Situbolang.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Awan pekat kehitaman berarak dari kejauhan di atas langit Blok Situbolang, Desa Jatisura, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, Selasa (24/11) siang. Angin yang berhembus cukup kencang, membuat awan Cumulonimbus itu dengan cepat menyebar dan menutupi langit yang semula dihiasi teriknya matahari.

Dua pemuda di kawasan Agrowisata Agrimania Situbolang pun bergegas menyelesaikan pekerjaannya. Mereka sedang menyiapkan puluhan bibit pohon mangga Agrimania, yang akan dikirimkan kepada para pemesannya.

Baca Juga

Akar bibit-bibit pohon itu tertanam kuat dalam polybag yang berisi tanah. Sedangkan daun-daunnya yang berwarna hijau segar, bergoyang-goyang tertiup angin.

Tanaman dengan ketinggian rata-rata satu meter tersebut dikemas ke dalam karung. Selanjutnya, akan dikirimkan kepada para pemesannya di Jakarta, Medan, dan seputaran wilayah Kabupaten Indramayu.

"Yang di (barisan) depan itu untuk dikirim ke Jakarta," ujar seorang pria paruh baya, H Urip, mengingatkan dua pemuda itu agar tak salah kirim.

Pemilik Agrowisata Agrimania Situbolang itupun meminta agar pekerjaan tersebut cepat diselesaikan. Angin yang berhembus semakin kencang dan cuaca yang berubah semakin gelap, menjadi penanda hujan segera turun.

Sudah sejak 2011 lalu, Urip terjun menjadi petani penangkar bibit pohon mangga, terutama  Agrimania. Bibit Agrimania tersebut bersumber dari sebuah pohon induk, yang ditanam orang tuanya di halaman rumah mereka di Desa Nunuk, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu.

Orang tuanya dulu menanam biji mangga, yang diperkirakan adalah biji mangga Gedong Gincu. Tanpa diketahui penyebabnya, biji itu tumbuh dengan mengalami penyimpangan, hingga menghasilkan pohon varietas baru yang kini dikenal sebagai Agrimania.

Sejak ditanam pada 1992, pohon induk tersebut hingga kini masih tegak berdiri. Dari pohon induk itulah, Urip melakukan perbanyakan bibit dengan sistem okulasi.

Penjualan bibit mangga Agrimania itupun awalnya tak sengaja dilakukan oleh Urip. Bermula saat dia jalan-jalan ke Jakarta dan mengunjungi salah satu supermarket. Di supermarket itu, dia membeli mangga impor dari Australia, yakni mangga R2E2. Mangga itu bentuknya bulat, berwarna kemerahan dan dibanderol dengan harga mahal, yakni Rp 86 ribu per kg.

Urip pun memakan mangga itu sesampainya di rumah. Ternyata, mangga tersebut memiliki rasa asam yang menonjol.

Seketika Urip langsung membandingkan mangga impor itu dengan mangga yang dulu ditanam orang tuanya. Dia menilai, mangganya memiliki kemiripan, baik bentuk maupun warna.

"Bahkan, mangga saya memiliki rasa yang lebih enak. Meski ada asamnya, namun rasa manisnya tetap menonjol. Baunya harum, kulitnya kuning kemerahan, dagingnya tebal dan bijinya kecil. Kalau dijual, masa iya tidak laku," tutur Urip.

Urip lantas mencoba mengunggah buah mangganya melalui media sosial. Ternyata, banyak yang berminat membeli bibit pohonnya. Berapapun bibit yang dibuatnya, selalu habis diburu pembeli.

Pada 2014, Urip mengikuti Lomba Buah Unggul Nusantara dan berhasil keluar sebagai juara pertama. Perlombaan serupa diikutinya selama tiga tahun dan dia selalu keluar sebagai juara.

Pada 2014 itu, mangga Agrimania milik Urip semakin dikenal luas. Karenanya, dia berinisiatif untuk mengajukan sertifikasinya agar memiliki hak paten, sehingga tidak diklaim oleh orang lain.

Urip pun mengajukan sertifikasi benih mangganya ke Balai Pengawasan dan Sertikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pada 7 Agustus 2019, sertifikasi itu keluar dengan nomor register 125/A.Mg/2018/JBT.3/ii/1/2019 sd 125/A.Mg/2018/JBT.3/ii/65/2019. Mangga tersebut tersertifikasi sebagai varietas unggul baru asli Indramayu dengan nama  Agrimania.

"Yang mengajukan nama Agrimania itu saya. Agri itu kan dunia pertanian. Mania itu hobi. Karena saya hobi di dunia agri, makanya saya kasih nama Agrimania," kata pria yang pernah duduk sebagai anggota DPRD Kabupaten Indramayu periode 2004 - 2009 tersebut.

Saat di Desa Nunuk, Urip baru sebatas menjual bibit pohon mangga Agrimania saja. Seiring tingginya permintaan akan buah mangga Agrimania, dia pun semakin meluaskan kebunnya.

Untuk itu, Urip menanam pohon Agrimania di lahan seluas 2,5 hektare miliknya di Blok Situbolang, Desa Jatisura, mulai sekitar 2017. Namun, tak sebatas menjadi kebun biasa, dia menjadikan lahannya itu sebagai kawasan agrowisata.

"Dengan menjadi agrowisata, artinya kita bikin kebun sekaligus market-nya juga di situ. Jadi saat panen, sebagian bisa langsung dijual kepada pengunjung," tutur Urip.

Sejumlah petani lain kemudian ikut bergabung dengan Urip membentuk Kelompok Holtikultura Agrimania. Urip menjadi ketuanya.

Kelompok tersebut juga menanam pohon Agrimania di kawasan agrowisata tersebut. Jika digabung secara keseluruhan dengan lahan milik kelompok, maka total luas lahan agrowisata itu menjadi 15 hektare.

Urip menerapkan teknik Ultra Hight Density Plantation (UHDP) dalam penanaman mangganya. Dengan teknik itu, pohon ditanam dengan jarak sangat rapat, yakni 2,5x3 meter. Sedangkan teknik konvensional, jarak penanaman pohon biasanya 10x10 meter.

"Di Indonesia, baru di sini yang pertama menerapkan penanaman dengan teknik UHDP," tegas Urip.

Ada ribuan pohon mangga Agrimania yang kini ditanam di kawasan agrowisata tersebut. Urip mengaku lupa jumlah persisnya. Saat ini, hasil panennya memang belum maksimal. Untuk pohon yang baru pertama berbuah, hanya di kisaran 5-10 buah per pohon. Ada juga yang sudah berbuah 20-30 buah per pohon. Bahkan, ada juga pohon yang belum berbuah sama sekali, tergantung usia pohon.

''Mungkin tahun depan sudah berbuah semua. Tapi untuk hasil panen yang maksimal, baru bisa tercapai setelah usia pohon sepuluh tahun,'' tutur Urip.

Urip telah bekerja sama dengan salah satu supermarket besar di Jakarta untuk memasarkan mangga Agrimania. Namun, karena produksi Agrimania saat ini belum maksimal, maka permintaan dari supermarket itu belum bisa dipenuhi seluruhnya.

"Banyak juga supermarket lainnya yang minta, tapi belum bisa kami penuhi," kata Urip.

Urip mengatakan, pengiriman pesanan mangga Agrimania pun tak menentu jumlahnya. Tergantung hasil panen. Beberapa hari yang lalu, dia mengirim buah Agrimania sebanyak 420 kilogram (kg) ke supermarket itu. Pengiriman baru akan dilakukan lagi bila buah yang kini masih muda, sudah siap dipanen.

Sebenarnya, pohon Agrimania milik Urip bisa berbuah sepanjang tahun (off season). Namun, jika di luar musimnya, hasil panen tidak terlalu banyak. Musim panen mangga hanya pada Agustus sampai November.

Dengan keterbatasan hasil panen itu, maka penjualan mangga Agrimania di kawasan Agrowisata Agrimania Situbolang pun belum bisa maksimal. Tak jarang, pengunjung gigit jari karena mangga yang ingin mereka beli ternyata sudah habis.

"Permintaan Agrimania memang tinggi. Setiap tahun permintaan naik terus," tukas Urip.

Selain memiliki kelebihan dari sisi warna kulit, ketebalan daging, rasa dan aroma yang menggugah selera, mangga Agrimania juga memiliki bobot yang berat. Yakni, di atas 1 kg untuk setiap buahnya. Bahkan, ada yang mencapai 2,1 kg per buah.

photo
Mangga Agrimania. - (Istimewa)

Dengan semua keunggulannya itu, Urip membanderol harga mangga Agrimanianya senilai Rp 50 ribu per kg. Di supermarket, mangga Agrimania bahkan dihargai Rp 80 ribu per kg untuk grade A dan Rp 60 ribu untuk grade B.

"Dengan harga Rp 50 ribu per kg, maka Agrimania ini jadi mangga termahal di Indonesia," terang Urip.

Urip membandingkan, untuk mangga Gedong Gincu yang selama ini terkenal mahal, hanya dihargai Rp 25 ribu per kg. Sedangkan mangga jenis lainnya, seperti Harum Manis, hanya Rp 10 ribu per kg.

Sementara itu, untuk bibit pohon Agrimania, Urip menjualnya dimulai dari ukuran 50 centimeter (cm) dengan harga Rp 50 ribu per batang. Sedangkan yang ukuran 1 meter, dihargai Rp 100 ribu per batang, begitu seterusnya. Bahkan ada yang Rp1,5 juta per batang untuk yang sudah mulai berbuah.

Untuk merawat tanamannya, Urip memberikan perhatian yang besar pada pemupukan. Dia menggunakan pupuk yang mengandung unsur makro NPK, sesuai kebutuhan tanaman.

Saat pembungaan, maka digunakan pupuk dengan unsur P (Phosphat) yang tinggi. Untuk pemasakan dan pemanisan daging buahnya, maka unsur K (Kalium) yang tinggi. Ada juga unsur mikro pupuk, seperti Boron atau Kalsium.

Untuk keperluan itu, Urip menggunakan sejumlah pupuk. Salah satunya yang diproduksi Pupuk Kujang.

"Jika pemupukan bagus, maka produksinya akan tinggi," kata Urip.

Upaya Urip untuk meningkatkan produksi mangganya itu sejalan dengan pencapaian produksi tanaman buah-buahan di Indonesia. Berdasarkan data Statistik Tanaman Buah-buahan dan Sayuran Tahunan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2019, disebutkan, produksi buah-buahan pada 2018 mengalami kenaikan dibandingkan 2017. Kenaikan produksi yang terbesar terjadi pada komoditas mangga, yang mencapai 420.998 ton atau 19,1 persen.

Tak hanya mangga Agrimania, Urip juga menanam dan menjual berbagai jenis bibit dan mangga impor di kawasan Agrowisata Agrimania Situbolang. Di antaranya, mangga Miyazaki, Irwin, Chokanan dan Red Ivory.

"Kami menanam itu karena diminta oleh pasar. Daripada mereka harus impor dari luar negeri, maka sebaiknya tanam di sini," tutur Urip.

Selain mangga, ada pula berbagai jenis buah-buahan lainnya. Seperti durian, kelengkeng, jambu air, jambu biji, kelengkeng, durian, kurma dan zaitun.

Berbagai macam bunga juga ditanam di agrowisata yang baru diresmikan oleh Plt Bupati Indramayu, Taufik Hidayat pada 13 Oktober 2019 tersebut. Bunga-bunga itu menjadi pemandangan yang menarik mata pengunjung dan menjadi lokasi favorit untuk berfoto. Pengunjung cukup membayar tiket masuk seharga Rp 10 ribu per orang.

Setiap hari, jumlah pengunjung Agrowisata Agrimania Situbolang rata-rata ada 150 orang. Sedangkan saat Sabtu dan Ahad, pengunjung bisa 500-1.000 orang, bahkan lebih.

photo
Pjs Bupati Indramayu, Bambang Tirtoyuliono (tengah) melihat pohon Agrimania di Agrowisata Agrimania Situbolang. - (Dok Diskominfo Indramayu)

Tak hanya menjadi agrowisata, Urip juga menjadikannya sebagai eduwisata. Di lokasi itu, para pengunjung bisa sekalian belajar mengenai perkebunan. Bagi kalangan pelajar, mulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi, kegiatan belajar itu digratiskan. Namun bagi kelompok tani dan masyarakat umum, mereka diminta membayar Rp 50 ribu per orang.

"Mereka akan belajar semua hal mulai dari penangkaran bibit sampai budidaya tanamannya, selama sehari," kata Urip.

Meski berbagi ilmu, namun Urip mengaku tidak takut tersaingi oleh para muridnya. Justru dia ingin mencetak petani milenial sebanyak-banyaknya. Dia berharap, Indonesia bisa menjadi negara agraris yang sesungguhnya, tidak hanya bertumpu pada industri.

Selama ini, sudah ratusan pelajar dan mahasiswa yang berguru kepada Urip. Belum ditambah lagi dengan kelompok tani dan masyarakat umum. Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia.

"Khusus untuk pelajar dan mahasiswa, kegiatan belajar kami gratiskan, agar bisa mencetak petani milenial sebanyak-banyaknya," tegas Urip.

Sementara itu, mendung yang sedari tadi bergelayut di atas langit Agrowisata Agrimania Situbolang, mulai mencurahkan butiran-butiran airnya. Semakin lama, semakin membesar, membasahi tanah dan menumbuhkan bibit-bibit tanaman baru. Seperti harapan Urip, akan tumbuhnya petani-petani milenial. 

Apa yang dilakukan Urip itupun sejalan dengan empat program jangka panjang Kementerian Pertanian (Kementan) RI dalam menyongsong pembangunan pertanian empat tahun kedepan. Salah satu programnya adalah peningkatan jumlah pengusaha muda atau para petani milenial hingga 2,5 juta orang.

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mencatat, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang. Itu berarti, hanya sekitar delapan persen dari total petani yang mencapai 33,4 juta orang. Sedangkan sisanya, masuk dalam kategori petani yang sudah tua.

Sementara itu, PT Pupuk Kujang, selaku BUMN yang memproduksi pupuk tanaman pangan dan hortikultura, juga memiliki komitmen untuk menumbuhkan petani milenial. Bahkan, produsen pupuk dengan wilayah distribusi subsidi di Jawa Barat dan Banten itu menggelar acara Kujang Festival, di Kantor Pusat Pupuk Kujang di Cikampek, Jawa Barat, pada 7 Maret 2020 lalu.

Dalam acara itu, Direktur Utama Pupuk Kujang, Bambang Eka Cahyana, mengatakan, Kujang Festival salah satunya diadakan untuk meningkatkan minat generasi milenial agar masuk ke dalam sektor pertanian.

"Kami juga meluncurkan program Petani Kujang Juara," kata Bambang, saat memberikan sambutannya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, pertanian nasional membutuhkan kontribusi dari generasi muda. Menurutnya, generasi muda dapat berperan meningkatkan produktivitas pertanian melalui penerapan sains dan teknologi.

"Kementerian Pertanian sudah menargetkan peningkatan produksi hingga tujuh persen untuk semua komoditas. Di sini dibutuhkan sains dan teknologi yang dapat diaplikasikan oleh generasi muda," ujar Syahrul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement