Senin 30 Nov 2020 11:32 WIB

Rektor Ajak Semua Pihak tak Beri Ruang Kelompok MIT

Anggota Mujahidin Indonesia Timur membunuh empat orang di Kabupaten Sigi.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Abdul Rakhman Baso (kedua kanan) meninjau lokasi serangan yang diduga dilakukan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di Dusun Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/11).
Foto: ANTARA/Humas Polres Sigi
Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Abdul Rakhman Baso (kedua kanan) meninjau lokasi serangan yang diduga dilakukan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di Dusun Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Prof Sagaf S Pettalongi, berpesan kepada semua pihak di Indonesia secara khusus Sulteng, untuk tidak memberikan ruang kepada kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

"Semua komponen yang ada di Indonesia secara umum, terkhusus untuk Sulawesi Tengah, mulai dari pemerintah, TNI dan Polri, umat beragama, tokoh agama, organisasi keagamaan, dan masyarakat, harus bersatu padu melawan gerakan radikalisme dan terorisme oleh MIT," ujar Sagaf di Kota Palu, Senin (30/11).

Sagaf mengatakan, kekerasan berupa pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok MIT di Kabupaten Sigi, merupakan tindakan biadab, tidak berkeprimanusiaan. Karena itu, tidak dapat ditoleransi perbuatan tersebut.

Selain itu, sambung dia, perbuatan kekerasan berupa pembunuhan empat warga Desa Lembantongoa, merupakan tindakan yang bertentangan dengan agama apapun. "Tidak ada agama yang menganjurkan pemeluknya untuk membunuh orang lain, yang tidak sekeyakinan, sependapat," ucap dia menegaskan.

 

Atas sejumlah aksi kekerasan yang telah dilakukan oleh kelompok MIT, Sagaf mengajak kepada semua pihak agar tidak membantu kelompok MIT. Caranya dengan tidak memberikan kelompok MIT bantuan makanan, informasi dan sebagainya.

Selain itu, Sagaf juga mengemukakan, langkah deradikalisasi sebagai bentuk pencegahan tumbuh dan berkembangnya faham radikalisme dan terorisme perlu digencarkan oleh pemerintah dan tokoh agama, serta ormas keagamaan di Sulteng.

Upaya memutus mata rantai penyebaran faham radikalisme dan terorisme ini sangat penting dilakukan. Sagaf juga mengajak kepada semua pihak untuk mendukung penuh pihak TNI-Polri dalam upaya memberantas terorisme di Indonesia dan di Sulteng.

"Kita harus dukung Polri dan TNI, dalam memberantas terorisme dan radikalisme, salah satunya dengan tidak membocorkan langkah strategis pihak TNI dan Polri, kepada kelompok MIT," ujar Sagaf.

Berkaitan dengan itu, Satuan Tugas TNI-Polri Operasi Tinombala terus memburu terduga pelaku kekerasan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, yang diduga dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata MIT Poso, pimpinan Ali Kalora.

"Sekarang sedang kami pelajari dengan pengintaian kemudian lewat lain sebagainya. Kami berusaha terus mengejar mereka," kata Komandan Korem 132/Tadulako, Brigjen Farid Makruf.

Dia mengatakan, personel TNI yang terlibat dalam Satgas Tinombala dilengkapi pasukan mengejar, intel, dan pasukan Satgas teritorial. "Tugas kami adalah memperkuat pasukan Tinombala yang saat ini dipimpin oleh Bapak Kapold. Menurut saya sinergitas TNI-Polri sangat efektif sehingga membuat kelompok MIT Poso terdesak sehingga mereka merasa terancam dan melakukan jalur yang lain," tutur Farid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement