Senin 30 Nov 2020 11:25 WIB

Covid-19 Dorong Manulife Fokus Peningkatan Digitalisasi

Manulife bayar Klaim Covid-19 mencapai Rp 54,5 Miliar

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Manulife Indonesia. Manulife Indonesia semakin menggalakkan digitalisasi dan memastikan para tenaga pemasar untuk tetap memberikan layanan melalui non-Face to Face.
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Manulife Indonesia. Manulife Indonesia semakin menggalakkan digitalisasi dan memastikan para tenaga pemasar untuk tetap memberikan layanan melalui non-Face to Face.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Manulife Indonesia mengklaim telah melakukan pembayaran klaim terkait Covid-19 sejumlah Rp 54,5 miliar per 9 November 2020.   

"Manulife Indonesia akan terus membantu masyarakat membuat keputusan lebih mudah serta hidup lebih baik," ujar President Direktur dan CEO Manulife Indonesia, Ryan Charland, dalam siaran persnya, Ahad (29/11).

Untuk itu, kata dia, Manulife Indonesia melihat kembali layanan-layanan yang diberikan kemudian memperbaruinya dengan lebih optimal memanfaatkan teknologi sehingga nasabah dan agen menjadi lebih mudah mencerna dan memahami.

Covid-19, kata dia, memberikan tantangan tersendiri bagi Manulife Indonesia terutama bagaimana tetap terkoneksi dengan nasabah. Manulife Indonesia semakin menggalakkan digitalisasi dan memastikan para tenaga pemasar untuk tetap memberikan layanan melalui non-Face to Face. 

Begitu pula, kata dia, dengan layanan Customer Service yang tetap berupaya melakukan pelayanan kepada nasabah dengan cara yang berbeda bahkan ketika tanpa harus bertatap muka.

Kerja sama yang kuat antar tim Manulife Indonesia, baik karyawan maupun tenaga pemasar membuat upaya memenuhi kebutuhan nasabah dan bisnis tetap berjalan dengan baik meskipun dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Menurutnya, mendengarkan saran maupun kritik dari para nasabah adalah salah satu faktor penting dalam menjalankan bisnis Perusahaan. Secara berkala, Manulife Indonesia mengadakan pertemuan secara virtual dengan para nasabah dan mendengarkan keluhan-keluhan mereka untuk menjadikan layanan Perusahaan semakin hari semakin baik ke depannya.

Selain itu, kata dia, survei Manulife Asia Care juga menunjukkan jika 300 responden di Indonesia sejak pandemi beralih dari belanja secara offline ke online (65 persen), menggunakan layanan online seperti pembayaran, belanja dan pengiriman makanan (71 persen) dan khususnya menggunakan media online untuk mencari berita dan bersosialisasi (keduanya sebesar 69 persen).

COVID-19, kata dia, telah mempercepat tren yang sudah ada terutama digitalisasi dalam gaya hidup. Oleh sebab itu, insurtech (insurance technology) bisa menjadi salah satu yang dimanfaatkan untuk peningkatkan inklusi dan bisnis asuransi.

Untuk memberikan layanan yang lebih optimal terutama di era pandemi, kata dia, perusahaan telah melakukan berbagai langkah efektif. Yakni, memanfaatkan layanan non face to face untuk nasabah, memperluas aplikasi digital untuk nasabah untuk memudahkan mereka dalam mengakses layanan kami, seperti submit klaim, cek polis melalui MiAccount.

Ketiga, kata dia, bekerja sama dengan platform untuk memperluas jangkauan nasabah seperti dengan Halodoc. Nasabah korporasi Manulife dapat memanfaatkan layanan ini untuk cek kondisi kesehatan mereka di aplikasi tersebut.

Menurutnya, Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) 2019 yang dilakukan OJK menunjukkan, inklusi perasuransian sebesar 6,18 persen, jauh dibawah perbankan yang mencapai 73,88 persen. Inklusi asuransi yang rendah menunjukkan ruang untuk industri ini berkembang masih sangat besar.

Ke depannya, kata dia, Manulife Indonesia berharap lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang mulai sadar akan pentingnya asuransi. "Saat ini kami melindungi lebih dari 2 juta nasabah di seluruh Indonesia," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement