Senin 30 Nov 2020 08:12 WIB

Iran Hati-Hati Merespons Pembunuhan Ilmuwan Nuklir

Respons Iran atas pembunuhan Fakhrizadeh dilakukan dengan penuh perhitungan

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Ilmuwan kenamaan Iran Mohsen Fakhrizadeh
Foto: EPA
Ilmuwan kenamaan Iran Mohsen Fakhrizadeh

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Penasihat pemimpin tertinggi Iran mengatakan respons negaranya atas pembunuhan ilmuwan nuklir akan dilakukan dengan 'penuh perhitungan dan menentukan'. Surat kabar garis keras mendorong Teheran untuk membalas pembunuhan tersebut dengan menyerang langsung Kota Haifa, Israel.

"Tak diragukan lagi, Iran akan memberikan jawaban yang penuh perhitungan dan menentukan pada penjahat yang mengambil martir Mohsen Fakhrizadeh dari bangsa Iran," kata ketua Dewan Strategis Hubungan Luar Negeri Iran Kamal Kharrazi dalam pernyataannya, Senin (30/11).

Baca Juga

Negara Barat dan Israel sudah lama mencurigai Fakhrizadeh sebagai otak di balik program senjata nuklir Iran. Fisikawan tersebut dibunuh sekelompok orang bersenjata di jalan tol dekat Teheran pada Sabtu (28/11) lalu.

Pemerintah Iran yang dikuasai ulama dan militer menuduh musuh lama mereka, Israel, sebagai dalang pembunuhan tersebut. Sejak 2010 Iran menuduh Israel atas pembunuhan beberapa ilmuwan mereka.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak mengomentari pembunuhan Fakhrizadeh. Sabtu lalu Menteri Kabinet Israel Tzachi Hanegbi mengaku tidak mengetahui siapa yang melakukan pembunuhan tersebut.

Surat kabar garis keras Iran mendorong pemerintah membalas kematian Fakhrizadeh. Koran Kayhan yang pemimpin redaksinya ditunjuk Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, menyarankan jika terbukti Israel yang melakukan pembunuhan itu maka Iran harus menyerang kota pelabuhan Haifa.

"Serangan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga selain menghancurkan fasilitas, juga harus menimbulkan banyak korban jiwa," tulis Saadollah Zarei dalam kolom opini.

Namun pemerintah Iran menyadari kesulitan dari aspek militer dan politik untuk menyerang Israel. Serangan semacam itu akan menyulitkan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menurunkan ketegangan dengan Teheran setelah dilantik 20 Januari mendatang.

Ketegangan antara AS dan Teheran memburuk setelah Donald Trump mengeluarkan AS dari kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Trump lalu menerapkan kembali berbagai sanksi ekonomi.

Sebagai balasannya, Teheran melanggar poin-poin dalam kesepakatan JCPOA. Biden berjanji akan membawa AS kembali ke kesepakatan nuklir tersebut apabila Iran memenuhi kembali persyaratan dalam JCPOA.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement