Senin 30 Nov 2020 08:11 WIB

Kasus Balita Meninggal Diajak Ngemis Bisa Masuk Ranah Pidana

Balita yang diajak ibunya mengemis di Kota Bekasi meninggal, usai sakit empat hari.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Erik Purnama Putra
Balita tewas (ilustrasi).
Foto: www.dreamstime.com
Balita tewas (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) angkat bicara terkait kejadian balita dua tahun yang meninggal dunia saat dibawa ibunya mengemis di Kelurahan Bojongmenteng, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat, belum lama ini.

Komisioner KPAI Bidang Trafficking dan Eksploitasi, Ai Maryati, menuturkan, kasus ini bisa masuk ranah pidana apabila memenuhi tiga unsur. Di antaranya, pembiaran, pemaksaan dan menjadikan alat eksploitasi.

"Di level terendah ada unsur pembiaran, kemudian pemaksaan dan alat eksploitasi supaya pendapatan jauh berlipat ganda dengan menggunakan anak. Ini harus dilihat,” kata Ai kepada wartawan di Kota Bekasi, Ahad (29/11).

Pihaknya mengaku akan berkoordinasi dengan kepolisian bersama KPAD Kota Bekasi untuk mengumpulkan informasi terkait kejadian ini. “Kami mendorong semuanya untuk mengungkap, baik kepolisian termasuk juga pengawas KPAD akan kami koordinasikan nanti untuk melihat dengan jernih apa yang jadi penyebab meninggalnya,” tutur Ai.

Peristiwa itu, menurut Ai, jangan dijadikan preseden anak selalu menjadi bahan eksploitasi. Meski begitu, pihaknya juga tak menutup mata jika kejadian tersebut dapat terjadi lantaran orang tuanya bisanya tidak teredukasi dan mengalami kesulitan ekonomi.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang balita berusia dua tahun yang berdomisili di Kelurahan Bojongmenteng, Kecamatan Rawalumbu, Kota  Bekasi, meninggal dunia di gendongan ibunya saat sedang diajak mengemis, Kamis (26/11).

Kapolsek Bantargebang, Kompol Alam Nur, mengatakan, balita tersebut sudah sakit selama empat hari. Sang ibu, Nur Astuti Anjaya (32 tahun), disebut telah meminta bantuan kepada tetangga di sekitar kediamannya. Namun, karena lingkungan kediamannya yang berlatar belakang ekonomi sama, permintaan bantuan itu tak digubris.

"Keterangan dari ibunya karena tinggal di lingkungan yang begitu (ekonomi pas-pasan) jadi ga ada tetangga yang respon," kata Alam saat dihubungi Republika, Sabtu (28/11).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement