Senin 30 Nov 2020 04:55 WIB

Mahasiswa UNY Kembangkan Obat Luka Bakar dari Daun Salam

Daun salam dapat diolah menjadi sediaan dalam bentuk krim.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Daun salam. Ilustrasi.
Foto: Wikipedia
Daun salam. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Luka bakar sering terjadi seperti terkena percikan minyak, knalpot sepeda motor atau setrika. Kejadian itu dapat menyebabkan luka bakar dan kasus yang banyak terjadi yaitu luka bakar golongan derajat I atau derajat II.

Pengobatan yang biasa dilakukan masyarakat mengobati inflamasi mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid seperti paracetamol, aspirin, antalgin, dan ibuprofen. Masyarakat ada pula yang memakai obat antiinflamasi steroid seperti dexamethason.

Namun, obat ini memiliki efek samping kecenderungan menginduksi ulser lambung atau usus yang kadang disertai anemia. Sama seperti penggunaan obat steroid yang miliki efek samping. seperti hiperglikemia, osteoporosis, dan hipertensi.

Perlu pengobatan alternatif untuk melawan dan mengendalikan nyeri serta peradangan dengan efek samping lebih kecil. Untuk itu, sekelompok mahasiswa MIPA Universitas Negeri Yogyakarta mencoba membuat obat untuk luka bakar dari bahan alami.

Ada Benedicta Ivana dan Ariftania Madrin (Biologi), serta Derifasay Salsabilla (Kimia). Mereka memilih daun salam (Sygyzium polyanthum) karena mengandung minyak atsiri, flavonoid, fenol, steroid, sitral, lakton, saponin, tannin, dan alkaloid.

Efek farmakologis senyawa flavonoid berperan dalam proses penyembuhan luka seperti antibakteri, antimikroba, antiinflamasi, antibiotik, dan melindungi pembuluh darah. "Daun salam dapat diolah menjadi sediaan dalam bentuk krim," kata Ivana, Ahad (29/11).

Penggunaan krim sangat mudah dan praktis, sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai alternatif pengobatan selain mengkonsumsi obat oral. "Krim daun salam ini untuk penyembuhan anti-inflamasi luka bakar ringan (I dan II)," ujar Ariftania.

Luka bakar derajat I kerusakan jaringan terbatas lapisan epidermis (superfisial). Ciri luka bakar ini adanya sedikit edema, kulit mengalami hiperemik berupa eritema, tanpa ditemukan bula, dan efek rasa nyeri akibat iritasi ujung saraf sensoris.

Pada hari keempat setelah paparan biasanya terjadi pengelupasan kulit. Sedangkan, luka bakar derajat II kerusakan terjadi di seluruh lapisan epidermis dan sebagian lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.

Dijumpai pula pembentukan luka dan nyeri karena di ujung saraf sensorik mengalami iritasi. Dasar luka berwarna kemerah hingga pucat. "Waktu penyembuhan spontan yang diperlukan sekitar 10-14 hari," kata Derifasay.

Uji coba laboratorium mendapati hasil paling efektif mengobati luka bakar dengan krim berkonsentrasi ekstrak daun salam tertinggi 15 persen. Karya ini sendiri sudah meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement