Ahad 29 Nov 2020 23:18 WIB

BNPB: Antisipasi La Nina dalam Mitigasi Erupsi Merapi

Apabila erupsi, material Gunung Merapi akan meluncur melalui hulu sungai.

Peta wilayah rawan bencana Gunung Merapi dipasang di persimpangan Desa Balerante, Klaten, Jawa Tengah.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Peta wilayah rawan bencana Gunung Merapi dipasang di persimpangan Desa Balerante, Klaten, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Kedeputian Bidang Pencegahan meminta seluruh komponen agar mengantisipasi dampak La Nina dalam upaya mitigasi segala potensi ancaman bencana Gunung Merapi. Status Gunung Merapi dinaikkan menjadi Level III atau Siaga sejak 5 November 2020.

"Sebagaimana berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), fenomena La Nina dapat memicu hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang di seluruh wilayah Indonesia pada Desember 2020 hingga Januari dan Februari 2021," kata Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan dalam siaran pers BNPB, Ahad (29/11).

Baca Juga

Menurut dia, terkait dengan Gunung Merapi, material berupa pasir dan bebatuan dari sisa erupsi akan meluncur melalui hulu sungai dan mengalir melewati wilayah lereng gunung yang menjadi kawasan permukiman penduduk. Hal itu harus menjadi catatan dan antisipasi dari upaya mitigasi kebencanaan Gunung Merapi.

"Apabila nanti ada erupsi, kemudian material (sisa erupsi) itu ada di badan-badan sungai yang berhulu di Merapi, maka kita wajib dan harus memasukkan ancaman banjir lahar dingin ini menjadi bagian dari upaya pencegahan maupun mitigasi," kata Lilik dalam diskusi bertajuk "Erupsi Merapi, Apa Yang Bisa Kita Lakukan" melalui media daring.

 

Apa yang disampaikan Lilik juga merujuk kepada catatan sejarah tentang erupsi Gunung Merapi 2010. Banjir lahar dingin terjadi pascaerupsi dan kemudian merusak banyak rumah milik warga yang berada di wilayah lereng dan hilir sungai.

"Pada 2010 di mana Kali Code sempat meluap, kemudian Gajahwong juga meluap dan Krasak kembali kepada aliran awalnya yang banyak merusak rumah-rumah masyarakat yang berada di sekitar Magelang," katanya.

Lilik juga meminta seluruh komponen yang terlibat dalam mitigasi kebencanaan Gunung Merapi agar melihat lebih jauh melalui "overlay" data dan analisa, tidak hanya merujuk pada catatan kerawanan dari sisi erupsinya saja. Sehingga cakupan mitigasi menjadi lebih luas dan dampak risiko bencana dapat dikurangi dengan sebaik mungkin.

"Tidak cukup sebenarnya identifikasi itu hanya membuat peta rawan erupsi merapi saja, yang ada KRB I, II dan III. Tetapi dari KRB itu kita juga harus overlap-overlay kan dengan sebaran permukiman, dengan masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Merapi," katamya.

Berdasarkan data yang dihimpun BNPB, wilayah berisiko terdampak erupsi Gunung Merapi yang masuk dalam KRB III adalah Dusun Kalitengah Lor di Desa Glagaharjo, Dusun Kaliadem di Desa Kepuharjo dan Dusun Palemsari di Desa Umbulharjo yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

Kemudian Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar di Desa Ngargomulyo, Dusun Trayem, Pugeran, Trono di Desa Krinjing, Babadan 1, Babadan 2 di Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Berikutnya Dusun Stabelan, Takeran, Belang di Desa Tlogolele, Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur di Desa Klakah dan Dusun Jarak, Sepi di Desa Jrakah, Kecamatan Selo di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Selanjutnya Dusun Pajekan, Canguk, Sumur di Desa Tegal Mulyo, Dusun Petung, Kembangan, Deles di Desa Sidorejo dan Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement