Ahad 29 Nov 2020 23:04 WIB

Status Gunung Lewotolok Naik dari Waspada Jadi Siaga

Masyarakat diminta tak beraktivitas dalam radius empat kilometer dari kawah puncak.

Gunung Api Lewotolok mengeluarkan material vulkanik saat erupsi di Kabupaten Lembata, NTT, Ahad (29/11/2020). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menaikkan status gunung api itu dari semula waspada menjadi siaga setelah melihat situasi gunung api yang terus melontarkan batu atau larva pijar.
Foto: ANTARA/Aken Udjan
Gunung Api Lewotolok mengeluarkan material vulkanik saat erupsi di Kabupaten Lembata, NTT, Ahad (29/11/2020). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menaikkan status gunung api itu dari semula waspada menjadi siaga setelah melihat situasi gunung api yang terus melontarkan batu atau larva pijar.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikan status aktivitas vulkanik Gunung Lewotolok dari semula level II atau ‘Waspada’ menjadi level III atau ‘Siaga. Kenaikan status karena Gunung Lewotolok mengeluarkan lava pijar.

"Iya benar, pihak Vulkanologi sudah menaikan status gunung ini dari semula waspada menjadi siaga sejak pukul 13.00 wita siang tadi karena erupsi gunungnya sampai mengeluarkan batu-batu atau lava pijar," kata Kepala Pelaksana BPBD Lembata Kanis Making saat dihubungi dari Kupang, Ahad (29/11) malam.

Baca Juga

PVMBG merekomendasikan beberapa hal menyikapi kenaikan status itu. Pertama, masyarakat di sekitar gunung maupun pengunjung, pendaki atau wisatawan tidak melakukan aktivitas di dalam radius empat km dari kawah puncak.

Kedua, penggunaan masker maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Ini direkomendasikan untuk menghindari dampak abu vulkanik yang mengakibatkan gangguan pernapasan akut maupun gangguan kesehatan lain.

Ketiga, PVMBG mengingatkan abu vulkanik saat ini jatuh di beberapa sektor di sekeliling Gunung Ili Lewotolok. Karena itu, masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai-sungai yang berhulu di gunung ini untuk mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar, terutama di musim hujan.

Dari pantauan BPBD Lembata, dia mengatakan, potensi bahaya Gunung Ili Lewotolok berupa lontaran batu atau lava pijar ke segala arah, hujan abu lebat yang penyebarannya dipengaruhi arah dan kecepatan angin, awan panas khususnya ke arah bukaan kawah, yang berada di sisi tenggara. Selain itu, bahaya lain berupa longsoran material lapuk yang berada di kawah puncak ke arah tenggara maupun lahar di sungai-sungai yang berhulu dari puncak gunung.

Terkait pengungsi ujar dia, BPBD Lembata sudah mengevakuasi warga 28 desa di dua kecamatan, serta melakukan kaji cepat untuk memenuhi kebutuhan dasar warga yang mengungsi. Sementara itu rilis dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa berdasarkan Volcano Observatory Notice for Aviation atau VONA menunjukkan warna oranye setelah Gunung Lewotolok erupsi pagi tadi.

"VONA digunakan sebagai peringatan dini ketika terjadi erupsi gunung untuk keamanan penerbangan," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati.

Berdasarkan situs PVMBG, Gunung Lewotolok berada pada status level II sejak 7 Oktober 2017. Peningkatan status dipicu oleh adanya peningkatan aktivitas vulkanik berupa kegempaan signifikan, terutama gempa tektonik lokal, vulkanik dalam dan vulkanik dangkal sejak pertengahan September 2017.

Pada Sabtu lalu (28/11) gunung ini erupsi pada pukul 05.57 waktu setempat dengan tinggi kolom teramati 500 meter dari puncak gunung. Arah abu condong ke arah barat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement