Ahad 29 Nov 2020 00:40 WIB

Bantahan untuk Mereka yang Ingkar Adanya Azab Kubur

Terdapat dalil kuat tentang adanya siksa di alam kubur kelak

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nashih Nashrullah
Terdapat dalil kuat tentang adanya siksa di alam kubur kelak. Ilustrasi kuburan
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Terdapat dalil kuat tentang adanya siksa di alam kubur kelak. Ilustrasi kuburan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Belakangan ini bermunculan pemikiran bahwa siksa atau azab kubur bukanlah sesuatu yang nyata. Padahal, dalil mengenai azab kubur cukup banyak ditemukan dalam Alquran dan hadits.

Pembahasan mengenai azab kubur tersirat pada cukup banyak ayat Alquran. Salah satu di antaranya adalah surat At-Taubah ayat 101. Dalam surat tersebut disebutkan:

Baca Juga

سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَىٰ عَذَابٍ عَظِيمٍ "Nanti mereka (penduduk Madinah yang munafik) akan Kami siksa dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar." 

Berdasarkan buku Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2 karya Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, disebutkan bahwa kalimat "Nanti mereka akan Kami siksa dua kali" menyiratkan azab di dunia serta azab kubur. Salah satu ahli tafsir yang mengungkapkan hal ini adalah Ibnu Abbas.

Ahli tafsir lainnya, seperti Sufyan At-Tsauri dan Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di juga menyampaikan hal serupa. Dari Abi Malik, diungkapkan bahwa keduanya mengatakan bahwa kalimat "Kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar" menyiratkan azab akhirat berupa kekekalan di dalam neraka.  

Buku Himpunan Dalil dalam Al-Qur'an dan Hadist juga memuat beberapa dalil lain di Alquran yang mengangkat tema seputar cobaan dan siksa kubur. Beberapa dalil tersebut di antaranya adalah Al-Isra ayat 49, Al-Mu'min ayat 46, Qaf ayat 3 dan 4, Al-Qiyamah ayat 3, dan An-Naziat ayat 11. 

Selain itu, ada cukup banyak hadits yang juga berbicara mengenai siksa atau azab kubur. Salah satunya adalah sebuah hadits riwayat (HR) Muslim berikut:

عن أبي أيوب الأنصاري رضي الله عنه: خرج رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - بعدما غَربت الشَّمس، فسَمع صوتًا، فقال: يَهودُ تُعذَّب في قبورها.

Dari Abu Ayyub Al-Anshari RA katanya: "Rasulullah SAW pernah keluar rumah sesudah maghrib, maka terdengar olehnya suatu suara. Kata beliau, Itu suara orang Yahudi sedang disiksa dalam kuburnya."   

Dalam buku Adakah Siksa Kubur?! Membedah Kerancuan Ahli Kalam yang Mengingkarinya karya Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi terdapat kutipan dari Ibnu Qoyyim al-Jauziyah. Ibnu Qoyyim al-Jauziyah mengatakan azab kubur akan dirasakan pada ruh dan badan. 

"Baik dikubur di tanah maupun tidak, seperti dimakan binatang buas, dibakar, disalib, tenggelam di laut dan selainnya, tetap mereka akan merasakan adzab pada ruh dan badannya sebagaimana kalau dia dikubur di tanah."  

Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar juga menyebutkan bahwa siksa kubur dimulai sejak ruh keluar dari jasad. Hal ini mengacu para QS Al-An'am ayat 93.

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۗ وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ ۖ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” 

Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar mengatakan Alquran merupakan kitab yang tak diragukan kebenarannya. Sedangkan sunnah Nabi merupakan wahyu yang diturunkan sebagai penjelas Alquran.

"Oleh karena itu, maka kewajiban kita adalah membenarkan beritanya dan menerapkan hukum-hukumnya," tulis Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement