Sabtu 28 Nov 2020 22:01 WIB

Penggunaan Gawai Bagi Siswa Perlu Dibatasi

Pembatasan gawai penting bagi anak agar mereka dapat berkembang secara alami.

Seorang anak memainkan gawai sebelum tidur (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Seorang anak memainkan gawai sebelum tidur (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi pendidikan dari Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim mengatakan perlu ada pembatasan penggunaan gawai bagi siswa. Terutama untuk jenjang SD dan SMP.

“Hal itu sudah diterapkan di Jepang dan Korea Selatan,akses internet hanya diberikan melalui komputer di sekolah. Sedangkan gawai yang digunakan siswa hanya gawai yang bisa untuk menelepon dan mengirim pesan,” ujar Satriwan di Jakarta, Sabtu (28/11).

Baca Juga

Dia menambahkan Jepang dan Korea Selatan saat berkunjung ke sekolahnya heran dengan banyaknya siswa yang membawa gawai ke sekolah. Sementara di negara mereka hanya boleh mengakses internet dengan menggunakan komputer sekolah.

“Pembatasan penggunaan gawai ini penting bagi anak agar mereka dapat berkembang secara alami,” ujarnya.

Dia menambahkan perlu adanya kolaborasi antara guru, siswa dan orang tua dalam penggunaan gawai untuk mengakses dari internet. Apalagi, pemerintah telah memberikan subsidi bantuan kuota internet.

“Saya baru dapat laporan dari Lampung, siswa belajar di rumah tanpa adanya pengawasan dari orang tua. Akhirnya kuota internet yang diberikan digunakan untuk mengakses media sosial,” tuturnya.

Untuk itu perlu adanya upaya pendampingan dari orang tua terhadap anak. Selain itu, guru juga harus terlibat dalam pengawasan, pembimbingan serta mendampingi anak.

“Guru juga hendaknya jangan bosan memberikan muatan karakter kepada siswa,” ucapnya.

Dalam pembelajaran, kata dia, guru tidak hanya mentransfer pengetahuan, tapi juga mentransformasi siswa. Dalam artian mengubah perilaku siswa menjadi lebih baik.

“Jangan sampai penguatan karakter hanya dibebankan pada guru, tapi tri sentra pendidikan itu sangat mempengaruhi karakter anak pada era digital. Tri sentra itu, yakni rumah, guru dan masyarakat,” katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement