Sabtu 28 Nov 2020 08:10 WIB

Mobil Listrik Formula One Made In Kota Bekasi

Ady Siswanto sempat mendapat tawaran dari Astra, namun dilepasnya.

Pembuat mobil Formula One asal Kota Bekasi, Ady Siswanto (27 tahun).
Foto: Uji Sukma Medianti
Pembuat mobil Formula One asal Kota Bekasi, Ady Siswanto (27 tahun).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Uji Sukma Medianti

Di sebuah gang sempit bernama Gang Kicil, Kelurahan Jatirangon, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat (Jabar) ada pembuat mobil listrik (motik) berdesain ala Formula One (F 1). Adalah Ady Siswanto (27 tahun), pemuda asal Kabupaten Ciamis, Jabar, yang mencetuskannya. Saat ditemui di bengkelnya, mobil F 1 made in Bekasi itu sedang menunggu proses fitting cover yang ditargetkan rampung satu pekan ke depan.

Ini bukanlah kali pertama Ady menciptakan kendaraan dengan penggerak motor listrik. Dia bercerita, pernah mengerjakan projek bersama Ricky Elson, seorang teknokrat Indonesia pencipta motik, di rumah modifikasi Kupu-Kupu Malam, Kota Yogyakarta.

“Kita bikin mobil sudah banyak, kita kerja sama dengan Ricky Elson. Terus di Surabaya juga, jadi ga cuma (yang desain) Formula One doang,” tutur Ady saat ditemui di Petrik Bike Electric Bike Service, Rabu (25/11).

Ady bercerita, mobil listrik ini dibuat karena adanya permintaan dari klien. Mereka ingin menganalisis data dari mobil listrik sebagai keperluan tugas akhir kuliah. “Jadi mereka hanya perlu data-datanya. Mereka kasih gambaran kasar lalu yang mereka teliti soal pengeremannya, dan kecepatan,” terangnya.

Fitur yang dimiliki oleh mobil listrik ini cukup kompleks. Ady menyebut, butuh waktu lima jam bagi mobil ini untuk mengisi daya baterai. Dalam satu kali pengisian daya, mobil ini mampu melaju sejauh 20 kilometer (km) hingga 30 km.

Harga paket yang ditawarkan untuk pembuatan mobil listrik ini, berada dikisaran Rp 80 juta hingga Rp 90 juta per unit. Pengerjaannya, dilakukan selama empat bulan. Ady memenjelaskan, dalam proses pembuatan motik ini, tak ada kendala yang terlalu berarti. Hanya saja, ia kesulitan untuk mendapatkan bahan baku.

“Kalau di Indonesia, sebagai awam sangat susah, nyari baterai, spare part susah. Kita cari dari China. Sebetulnya pengerjaan lama karena pengadaan barang, sehingga tertunda. Normalnya mah cuma dua bulan,” papar Ady.

Bagi Ady, merakit motik tidaklah sesulit memodifikasi mobil konvensional. Hal itu lantaran tantangan dan kesulitannya lebih kompleks. “Saya lebih suka modif mobil biasa menjadi mobil listrik. Sebab tantangannya lebih dapat. Kalau bikin mobil listrik dari nol, tantangannya lebih ke mekanikal saja.”

Kerja di Astra

Kesukaan Ady terhadap kegiatan mekanik berlangsung sejak duduk di bangku sekolah teknik mesin. Semula, dia bercita-cita ingin masuk perusahaan otomotif terbesar di Indonesia, yakni Astra.

Dia pun berusaha untuk menggapainya dengan melanjutkan pendidikan ke politeknik milik perusahaan tersebut. Perjuangan Ady dalam menempuh pendidikan tidak mudah. Ia yang mengaku lahir dari keluarga pas-pasan, harus menjalani kuliah sambil bekerja.

“Tadinya sempet jualan roti minuman. Nah aku merasa punya keterampilan kenapa ga dimanfaatin kan keterampilannya? Ya udah buka bengkel, awalnya bengkel servis,” ujar Ady.

Usaha bengkel itu terus ditekuninya bersama sang ayah hingga lulus kuliah. Dia mengatakan, sekolah di politeknik membuatnya menjadi lulusan yang siap bekerja. Bahkan, ia sempat mendapat tawaran kerja dari beberapa perusahaan, termasuk Astra. Tetapi, tawaran itu malah dilepasnya.

Dengan berbagai pertimbangan dan saran, Ady lebih memilih membuka usaha sendiri daripada kerja ikut orang. “Lulus STM sempat kerja, setelah kerja baru masuk kuliah. Kuliah di Polman Astra. Saat lulus sudah tinggal interview sama perusahaan-perusahaan aja. Tapi malah usaha,” ungkapnya.

Memiliki keputusan untuk berusaha, kata dia, tidaklah mudah. Saat di awal-awal membuka bengkel, Ady mengaku, kesulitan dalam mendapatkan pemasukan. Semula, pada 2015 ia membuka bengkel di kawasan Cibinong, Kabupaten Bogor. Namun, karena animo pelanggan lebih banyak dari Kota Bekasi, maka ia memutuskan pindah bengkel pada awal 2020.

“Dari 2015-2018 itu omzet tuh cuma cukup buat makan, bayar kontrakan, tapi karena banyak yang support banyak yang menyemangati,” kata Ady.

Dia memiliki target memproduksi motik lagi tahun depan. Kali ini, untuk koleksi bengkel pribadi. Namun, Ady tak menutup kemungkinan untuk membuka harga paket pembuatan dan modifikasi motik jika semua regulasi sudah jelas dan lengkap.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement