Jumat 27 Nov 2020 13:18 WIB

Batas Waktu Habis, Pasukan Ethiopia Bergerak ke Tigray

Pemerintah Ethiopia telah memerintahkan kepada pasukan Tigray agar menyerah.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Militer Ethiopia.
Foto: AP/Ethiopian News Agency
Militer Ethiopia.

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA - Tenggat waktu yang diberikan Perdana Menteri (PM) Ethiopia Abiy Ahmed kepada pasukan Tigray agar menyerah telah berakhir. Abiy memerintahkan militer Ethiopia untuk menyelesaikan serangan ofensif "fase terakhir" terhadap ibu kota Tigray, Mekelle.

"Jangka waktu 72 jam yang diberikan kepada Front Pembebasan Rakyat Tigray untuk menyerah secara damai kini telah berakhir dan kampanye penegakan hukum kami telah mencapai tahap akhir," ujar PM Abiy seperti dilansir laman Aljazirah, Jumat (27/11).

Baca Juga

Abiy mengatakan, tentara telah diperintahkan untuk bergerak ke ibu kota Tigray, Mekele. Dia juga memperingatkan warga untuk tetap berada di dalam rumah menghindari pertempuran.

Tank dan persenjataan lainnya diinstruksikan untuk mendekat ke kota berpenduduk sekitar setengah juta orang itu. "Kami akan sangat berhati-hati untuk melindungi warga sipil," kata Abiy.

Malcolm Webb koresponden Aljazirah melaporkan dari ibu kota Kenya Nairobi, pemerintah federal Abiy mengklaim sejumlah besar pejuang Tigray telah menyerah kepada pasukannya dalam 72 jam terakhir. "Perdana Menteri Abiy mengatakan ribuan pejuang Tigray telah menyerah dalam tiga hari terakhir. Tapi komentar terakhir yang kami dengar dari pimpinan TPLF membantah klaim itu," ujarnya.

"Pasukan pemerintah juga mengatakan mereka telah mengepung Mekelle. Sekali lagi, pimpinan militer Tigray telah membantah klaim itu," ujarnya menambahkan.

Hampir tidak mungkin untuk memverifikasi klaim oleh semua pihak karena koneksi telepon dan internet di wilayah tersebut terputus. Sementara akses ke daerah itu dikendalikan dengan ketat.

Ribuan orang dikhawatirkan tewas dan telah terjadi kerusakan luas akibat pengeboman udara dan pertempuran darat sejak konflik dimulai pada 4 November. Komunitas internasional telah memohon agar segera dilakukan de-eskalasi, dialog dan akses kemanusiaan. Namun Abiy, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu, menolak campur tangan internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement