Kamis 26 Nov 2020 13:18 WIB

Romo Magnis Apresiasi Umat Islam yang Jaga Nilai Pancasila

Umat Islam yang menjaga nilai Pancasila mendapat apresiasi dari Romo Magnis.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Muhammad Hafil
Romo Magnis Apresiasi Umat Islam yang Jaga Nilai Pancasila. Foto: Romo Franz Magnis Suseno
Foto: bnpt
Romo Magnis Apresiasi Umat Islam yang Jaga Nilai Pancasila. Foto: Romo Franz Magnis Suseno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesuksesan Pancasila telah terbukti selama lebih dari 75 tahun perjalanan bangsa Indonesia. Cendekiawan Katolik Indonesia Franz Magnis Suseno mengucapkan terima kasihnya kepada mayoritas umat Islam di Indonesia yang setia menjaga kemoderatannya, sehingga nilai-nilai Pancasila dan keberagaman tetap bisa terjaga.

Tokoh Umat Kaholik, yang akrab disapa Romo Magnis ini mengungkapkan, selama perjalanan hidupnya di Indonesia, ia merasakan bagaimana sikap toleransi luar biasa dari umat Islam sebagai lelompok mayoritas di Indonesia. Keberhasilan Pancasila itu sudah diwujudkan, dengan bagaimana ia tetap bisa duduk bersama dan tetap bebas beribadah antar umat beragama dengan merasa aman.

Baca Juga

"Tidak hanya bisa duduk bersama tapi juga saling menjaga toleransi dan keharmonisan. Banyak negara yang justru kelompok mayoritasnya belum bisa menyatukan perbedaan semua elemen bangsanya. Seperti myanmar contohnya," kata Romo Magnis dalam Seminar Nasional BPIP, Kamis (26/11).

Seminar nasional BPIP ini, bertemakan 'Pancasila dalam Tindakan Sebagai Implementasi Nilai-Nilai luhur Perjuangan para Pahlawan'. Romo Magnis menyorot perjalanan Pancasila yang telah teruji waktu bisa menyatukan semua elemen bangsa, karena memiliki lima sila yang mempersatukannya.

"Di mana semua pihak tidak mau menang sendiri, dan umat Islam sebagai mayoritas bisa menjaga hubungannya dengan semua elemen umat beragama, tetap toleran dan harmonis, sehingga semua agama bisa menjalankan ritual agamanya, kesetiaan untuk bisa saling menerima semua perbedaan," kata Romo Magnis.

Maka dari itu, Romo Magnis menekankan Pancasila sejatinya sudah berfungsi menjalankan persatuan bangsa, namun keberhasilannya terus saja diuji. Dia mengakui, memang sekarang gelombang ekstrimisme yang populis sedang menerjang masyarakat global, tidak terkecuali di Indonesia. "Mereka itu tidak bisa memegang nilai kebersamaan. Tidak mau memberi ruang yang berbeda," jelasnya.

Dan yang cukup menjadi aneh, sebut dia, sasaran ekstrimisme ini yang menjadi objek, bukan kelompok agama di luarnya. Justru mereka keras kepada orang dan kelompok yang satu agama. Karena itu, Romo Magnis kembali mengatakan untungnya di Indonesia masih banyak kelompok Islam moderat, yang bisa menangkal ekstrimisme ini.

Islam yang moderat, kata moderat itu berarti bisa menerima semua realitas, karena perbedaan itu ciptaan tuhan. Ia merasa hal ini amat penting, dimana orang beragama harusnya menjadi orang yang toleran. Kalau sekarang ada kelompok yang merusak kebersamaan itu bukan menjadi gambaran umat Islam di Indonesia.

"Sebagai orang khatolik saya selalu diajarkan kemampuan untuk selalu menghormati dalam keadaan yg berbeda di Indonesia. Dan pengalaman saya selama berpuluh puluh tahun di indonesia tidak pernah merasakan perlakuan yang tidak pantas dari umat Islam," ujar Romo Magnis.

Ia mengaku banyak belajar dari mayoritas umat Islam Indonesia bahwa beragama itu sebenarnya menjadi rahmat seluruh alam. "Itu sesuatu yang sangat positif. Agama memancarkan suasana kebaikan, kerahiman dan penyembuhan. Karena itu, tidak boleh kekerasan atas nama agama terjadi. Termasuk memperolok-olok agama," tegasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement