Kamis 26 Nov 2020 10:45 WIB

Xi Jinping Harapkan Joe Biden Mau Kerja Sama dengan China

Xi Jinping baru mengucapkan selamat kepada Joe Biden usai Pilpres 3 November

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Joe Biden
Foto: AP Photo/Carolyn Kaster
Joe Biden

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden China, Xi Jinping, telah memberi selamat kepada Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Joe Biden, atas kemenangannya pada Rabu (25/11). Dia mengharapkan kerja sama yang baik di tengah sejumlah konflik antara dua ekonomi teratas dunia mengenai perdagangan, teknologi, dan keamanan.

Menurut pernyataan yang disiarkan oleh Kantor Berita resmi China Xinhua, Xi mengatakan kepada Biden bahwa hubungan sehat dan stabil adalah harapan bersama dari komunitas internasional.

Baca Juga

"Kami berharap kedua belah pihak akan menjunjung tinggi semangat non-konflik dan non-konfrontasi, saling menghormati dan kerja sama saling menguntungkan, akan fokus pada kerja sama, mengatur perbedaan, dan mempromosikan pembangunan hubungan China-AS yang sehat dan stabil," kata pernyataan itu.

Dikutip dari Aljazirah, pesan Xi itu menempatkan China sebagai salah satu pemerintah besar terakhir yang memberi selamat kepada Biden. Tidak ada penjelasan untuk penundaan ucapan selamat tersebut, tetapi beberapa komentator menyarankan Beijing mungkin ingin menghindari hubungan yang tegang dengan Donald Trump, yang belum mengakui kekalahan.

Hubungan antara China dan AS berada pada titik terburuk dalam beberapa dekade dengan perselisihan mulai dari teknologi dan perdagangan hingga Hong Kong dan pandemi virus corona. Pemerintahan Trump telah mengeluarkan rentetan sanksi terhadap Beijing.

Meski Biden membawa harapan hubungan yang membaik antara kedua negara, tetapi masih jauh dari kepastian di bawah pemerintahan Biden semua akan berbeda. Partai Demokrat secara blak-blakan menaruh perhatian terhadap catatan hak asasi manusia yang buruk di China.

Selama debat utama Partai Demokrat di Februari, Biden menyebut Xi sebagai preman. Kampanye kepresidenannya juga menyebut tindakan keras terhadap minoritas Muslim Uighur di Xinjiang China sebagai genosida. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement