Rabu 25 Nov 2020 15:20 WIB

Mahasiswa UMM Gagas Penyiram Otomatis untuk Petani Jamur

Pengaplikasiannya mudah dan ketahanan alat cukup lama.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Mahasiswa UMM menunjukkan rancangan alat penyiram otomatis untuk petani jamur tiram.
Foto: Dokumen.
Mahasiswa UMM menunjukkan rancangan alat penyiram otomatis untuk petani jamur tiram.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Universitas Muhamadiyyah Malang (UMM) menggagas alat penyiram otomatis untuk petani jamur tiram. Rancangan alat ini menjadi salah satu karya yang lolos dalam ajang Pekan Ilmiah Nasional.

Ketua kelompok, Lutfi Aish menyatakan, ide rancangan penyiram otomatis dilatarbelakangi masalah yang dihadapi para petani jamur tiram di Desa Karangagung, Tuban, Jawa Timur (Jatim). Seperti area pesisir pada umumnya, Desa Karangagung memiliki suhu relatif tinggi hingga 34 derajat Celcius dengan kelembaban 50 sampai 80 persen.

Kondisi ini kurang memungkinkan untuk pertumbuhan jamur yang membutuhkan suhu udara berkisar antara 16 sampai 24 derajat Celcius. "Dengan kelembapan 60 hingga 70 persen," kata mahasiswa Program Studi Informatika UMM ini.

Suhu dan kelembapan yang tidak sesuai menyebabkan baglog jamur banyak mengalami kerusakan. Dari 1.000 baglog, kerusakan baglog yang terjadi bisa mencapai 200 baglog setiap enam bulan. Kerusakan ini mempengaruhi pendapatan petani jamur sehingga mengalami kerugian.

Selain mempengaruhi pendapatan mitra, kondisi desa tersebut juga menyebabkan suhu dan kelembaban pada kumbung jamur milik mitra tidak stabil. Oleh sebab itu, mitra harus melakukan penyiraman manual lima sampai enam kali sehari.

Cara ini bisa menghabiskan waktu dan tenaga karena kumbung jamur harus tetap pada suhu dan kelembaban optimal. Setelah berdiskusi dengan tim dan bimbingan dosen Nur Hayatin, Lutfi akhirnya menggagas sebuah rancangan alat optimalisasi suhu dan kelembaban.

Alat itu ditujukan untuk membantu petani jamur tiram. Langkah ini diperkuat dengan menggandeng mitra Muhammad Anwar yang merupakan salah satu petani jamur tiram di Desa Karangagung.

Anggota kelompok lainnya, Amarul Akbar, menyatakan rancangan alatnya dapat diimplementasikan untuk membantu permasalahan mitra. Hal tersebut terutama terkait pengendalian suhu dan kelembapan dalam kumbung jamur secara otomatis.

Rancangan alat menggunakan microcontroller arduino dan kabel jumper. Penggunaan alat ini bertujuan menghubungkan sensor kelembaban, relay dan suhu DHT yang dapat disatukan di dalam board. Alat nantinya diletakkan pada kumbung mitra yang berukuran 4x8x3 meter berkapasitas 1.000 baglog.

Menurutnya, alat akan bekerja apabila suhu dan kelembapan rumah jamur tidak sesuai. Air akan dipompa menuju pipa air lalu penyemprot akan mengeluarkan kabut pada pipa bagian atas dan bawah. Apabila suhu dan kelembapan telah optimal, penyemprot akan otomatis berhenti dan LCD display menampilkan suhu dan kelembaban yang kembali optimal.

Amar yakin rancangan alatnya sudah sesuai dengan kondisi mitra. Apalagi pengaplikasiannya mudah dan ketahanan alat yang cukup lama, yakni sekitar dua sampai tiga tahun. Selain itu, harganya tergolong murah dibandingkan dengan alat yang sejenis.

Dari hasil evaluasi, mitra memberi tanggapan positif terhadap desain alat. Bahkan, mereka berharap alat dapat diimplementasikan di rumah jamur. Lalu juga bisa memberikan wawasan serta informasi mengenai alat kepada petani jamur lainnya.

Selain Lutfi dan Amar, rancangan alat juga disusun oleh mahasiswa informatika UMM lainnya, yakni M Fikri Azhar. Ada pula mahasiswa teknologi pangan UMM, Safira Rikza Charira.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement