Selasa 24 Nov 2020 17:40 WIB

Thailand Tangkap 21 Warga Myanmar Penyusup Ilegal

Hampir setiap hari otoritas Thailand menangkap warga Myanmar yang masuk secara ilegal

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Christiyaningsih
Bendera Thailand
Foto: blogspot.com
Bendera Thailand

REPUBLIKA.CO.ID, KANCHANABURI -- Dua puluh satu warga Myanmar ditangkap setelah mereka secara ilegal melintasi perbatasan ke Thailand di distrik Sangkhlaburi. Mereka masuk melalui perkebunan karet pada Selasa (24/11) pagi.

Sembilan pria dan 11 wanita, satu dengan seorang anak, terlihat berjalan di perkebunan karet sekitar pukul 04.00 dekat desa Moo 8 di tambon Nong Lu oleh patroli tentara dari Pasukan Surasee, dilansir di Bangkok Post, Selasa (24/11). Mereka ditangkap dan dibawa ke Polsek Sangkhlaburi.

Baca Juga

Mereka didakwa masuk secara ilegal dan melanggar Undang-Undang Pengendalian Penyakit dan perintah komite pengendalian penyakit provinsi untuk menutup perbatasan. Beberapa migran bisa berbicara bahasa Thailand.

Mereka mengatakan kepada pihak berwenang bahwa mereka meninggalkan desa asal mereka, Ban Bo Yipun, di dekat Myanmar, sekitar pukul 03.00. Dengan dipimpin oleh seorang pemandu lokal, mereka melintasi perbatasan ke Sangkhlaburi.

Mereka ditangkap oleh tentara saat dalam perjalanan untuk menemui kendaraan yang akan membawa mereka ke tujuan di provinsi Nakhon Pathom, Samut Sakhon dan Samut Songkhram.

Mereka telah membayar masing-masing 15 ribu -18 ribu baht kepada orang-orang yang mengatur perjalanan. Saat mereka ditangkap oleh tentara, pemandu itu melarikan diri dalam kegelapan.

Perbatasan dengan Myanmar telah ditutup untuk membendung penyebaran virus corona. Namun warga negara Myanmar telah ditangkap hampir setiap hari. Mereka secara ilegal memasuki negara itu melalui banyak jalur alam dengan harapan mendapatkan pekerjaan.

Sel tahanan di kantor polisi Sangkhlaburi pada Selasa menahan 47 imigran ilegal yang menunggu proses hukum. Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran penyebaran Covid-19 saat mereka dalam tahanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement