Senin 23 Nov 2020 21:49 WIB

Betulkah Ayam Broiler Besar Berkat Disuntik Hormon?

Masyarakat khawatir ayam broiler besar karena disuntik hormon pertumbuhan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Peternakan ayam broiler di Bantul, Yogyakarta. Keraguan terhadap jaminan kesehatan, keamanan, dan kehalalan ayam broiler menjadi alasan masyarakat enggan mengonsumsi daging ayam broiler.
Foto: Republika/ Wihdan
Peternakan ayam broiler di Bantul, Yogyakarta. Keraguan terhadap jaminan kesehatan, keamanan, dan kehalalan ayam broiler menjadi alasan masyarakat enggan mengonsumsi daging ayam broiler.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ayam boiler memang tampak montok dibandingkan dengan ayam jenis lainnya yang dijual di pasaran. Betulkah ayam broiler besar karena disuntik hormon pertumbuhan (growth hormone)?

Ahli Kesehatan Masyarakat Veteriner Institut Pertanian Bogor, Dr drh Denny Lukman MSi mengungkapkan, isu tersebut telah menimbulkan ketakutan masyarakat untuk mengonsumsi ayam broiler. Padahal, pelarangan penggunaan hormon bagi hewan konsumsi, termasuk pada ayam broiler, telah secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Baca Juga

"Ayam broiler tidak pernah diberi hormon, ayam broiler cepat tumbuh karena pola budidaya yang baik dan pemberian pakan yang diatur," kata Denny dalam acara edukasi media yang diselenggarakan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, beberapa waktu lalu.

Dibandingkan negara tetangga, konsumsi protein masyarakat Indonesia masih jauh tertinggal. Keraguan terhadap jaminan kesehatan, keamanan, dan kehalalan ayam broiler menjadi alasan masyarakat enggan mengonsumsi daging ayam, khususnya broiler.

 

Padahal, protein hewani sejatinya merupakan asupan nutrisi penting bagi manusia, karena kandungan asam aminonya yang lengkap. Salah satu sumber makanan dengan kandungan protein hewani tinggi tersebut adalah daging ayam.

Dengan harga yang terjangkau dan relatif mudah diperoleh, daging ayam dan produk olahannya kini telah memiliki banyak varian Data Food and Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2017 menyebutkan bahwa dari total konsumsi protein, konsumsi protein hewani Indonesia hanya delapan persen, sementara Malaysia mencapai 30 persen, Thailand 24 persen, dan Filipina 21 persen.

Bagaimanakah dengan keamanan dan kandungan gizi ayam broiler beku? Denny menjelaskan, penerapan sistem rantai dingin (cold chain system) yang benar menjadi kunci utama agar kualitas daging ayam broiler dapat terjaga. Suhu kurang dari 4 derajat Celsius akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan menghambat aktivitas enzim pada daging.

“Daging yang disimpan dalam pendingin tidak mengurangi kandungan gizi dan tidak menurunkan mutu," jelas Denny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement