Senin 23 Nov 2020 13:04 WIB

Saatnya Lulusan SMK Ikut Bangun Desa

Kemendikbud menggagas konsep ‘Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bangun Desa’.

Seorang guru memberikan materi kepada para siswa SMK (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Seorang guru memberikan materi kepada para siswa SMK (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) cukup banyak diserap oleh dunia industri. Namun, saat pandemi Covid 19 merebak, tak pelak terjadi perubahan lantaran kini banyak sektor  industri yang menerapkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap para karyawannya.

Situasi inilah yang membuat para lulusan SMK didorong agar mengubah orientasi kerjanya. ''Saya mendorong agar anak didik, para lulusan SMK, mampu berwirausaha secara mandiri. Tetapi harus diakui, pendidikan wirausaha juga tidak mudah bagi anak-anak. Kami  selalu berusaha terus-menerus, salah satunya dengan mengadakan Sekolah Pencetak Wirausaha,” ujar Direktur Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Dr Ir M Bakrun, MM, dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (23/11).

Selain mendorong berwirausaha, Kemendikbud juga menggagas konsep ‘Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bangun Desa’ dan siap diimplementasikan pada 2021. Ini merupakan konsep berpikir membawa desa pada proses akses digital (digitalisasi ke desa-desa), dan melibatkan juga sinergi dengan sejumlah kementerian terkait.

Mengapa pertanian? Sebagai salah satu penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi nasional, yang pada kuartal II tahun ini mencapai dengan 16,24 persen, sektor pertanian tidak terdampak pandemi.

Menurut Bakrun, kehadiran para lulusan SMK bisa mempercepat proses digitalisasi yang ada di pedesaan. Termasuk juga bidang pemasaran, sehingga secara daring bisa lekas diketahui, harga komoditas di pasaran pada saat ini juga.

“Untuk membangun dapat saja dilakukan melalui berbagai macam keterampilan, di mana salah satu aspek yang disentuh adalah pertanian. Secara implementasi, banyak dilakukan inovasi agar masyarakat desa juga mampu menguasai teknologi,'' kata Bakrun.

Dengan memanfaatkan market place, para siswa SMK akan melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama minimal enam bulan bersama bimbingan para guru. Selanjutnya, mereka pun diharapkan mampu memanfaatkan peluang tersebut.

Sebagai bagian dari program pilot project untuk 500 desa yang akan mulai diimplementasikan tahun depan, saat ini Bakrun menyatakan bahwa pihaknya sudah mulai menerapkannya di sejumlah provinsi di Pulau Jawa. ''Ini termasuk pengembangan tanaman padi dengan pengembangan sentra pertanian yang ada di Kalimantan Tengah,” papar Bakrun. 

Di tempat terpisah, Komisi X DPR mengharapkan Pemerintah RI menyusun desain besar maupun peta jalan sistem pendidikan di Indonesia. Selama ini setiap pergantian pemerintahan,menteri dan kurikulumnya ikut berganti, sehingga belum terlihat  orientasi pendidikan Indonesia.

“Perlu ada orientasi yang jelas arah pendidikan, apakah ke arah pendidikan akademik, vokasional, profesional, atau bertujuan menumbuhkan jiwa wirausaha (entrepreneur),’’ papar Wakil Ketua Komisi X DPR-RI Dr Abdul Fikri Faqih, MM.

Khusus untuk SMK, Abdul Fikri menilai saat ini program studi (prodi) di SMK tidak seluruhnya selaras dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. ''Kami masih mengharapkan, ada rumusan arah prodi di SMK bentuknya seperti apa. Mungkin saja di SMK saat ini, mereka belajar tentang elektronika, komputer, dan juga komunikasi visual,” ujarnya.

Terkait dengan upaya mendorong inovasi di bidang pertanian, menurut Abdul Fikri, di era pandemi ini sektor pertanian termasuk salah satu bidang unggulan yang sanggup bertahan. Maka, lanjut dia, langkah yang perlu dilakukan di era digital ini adalah bagaimana menghubungkan antara para pedagang sayur atau petani sayur secara daring yang difasilitasi aksesnya dengan pengusaha yang membutuhkan pasokan mereka, seperti pengusaha makanan dan minuman. ''Jadi orientasi pendidikan tidak hanya ditujukan bagi siswa (pelajar) dan mahasiswa, tetapi perlu juga mengedukasi tentang bisnis digital kepada para petani dan pedagang bidang pertanian,'' kata Abdul Fikri. 

 

sumber : siaran pers
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement