Ahad 22 Nov 2020 00:03 WIB

Puspeka: Hoaks Jadi Tantangan Saat Ini

'Mungkin untuk sebagian orang, hoaks seperti hal yang menyegarkan,' kata Hendarman.

Rep: Puti Almas/ Red: Ratna Puspita
Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hendarman (tengah bawah)
Foto: tangkapan layar
Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hendarman (tengah bawah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hendarman mengatakan mengatasi penyebaran berita bohong (hoaks) menjadi tantangan saat ini. Ia menilai tak sedikit yang mungkin ‘menyukai’ sebuah informasi menarik, meski kebenarannya belum dapat dibuktikan. 

“Mungkin untuk sebagian orang, hoaks seperti hal yang menyegarkan, meski mereka tidak mengetahui benar atau tidaknya dan kemampuan yang kritis tidak digunakan,” ujar Hendarman dalam sambutan workshop Jurnalistik Milenial Batch #2 yang diselenggarakan Puspeka bersama Republika pada Sabtu (21/11), 

Baca Juga

Hendarman menilai tak sedikit yang memilih untuk tidak menggunakan kemampuan dalam berpikir secara kritis yang membuat banyak orang pada akhirnya mudah tergiring pada informasi salah. Karena itu, diperlukan kemampuan memilah dan memilih, seperti yang dikuasai oleh seorang jurnalis. 

Berdasarkan prinsip jurnalistik, sebuah informasi dapat dianggap sebagai fakta atau kebenaran dengan melalui sejumlah tahapan. Melalui pelatihan Jurnalistik Milenial Batch #2, para peserta mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola hal-hal yang pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan. 

Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaedi mengatakan pelatihan ini memiliki nilai yang sangat penting, mengingat di era sekarang, kebenaran dan viralitas beradu cepat. Sesuatu yang belum tentu didasarkan fakta dapat dianggap benar karena itu viral atau menyebar dan populer dengan cepat. 

Padahal, jika merujuk pada prinsip kerja jurnalisme, sebuah konten dapat dianggap sebagai fakta setelah adanya proses verifikasi yang tahapannya melalui beberapa tingkatan. Irgan menyebut diantara tahapan ini adalah mulai dari mengumpulkan data, memeriksa kembali, hingga memformulasikan, kemudian menyajikan secara logis agar dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. 

“Di era viral saat ini, tahapan-tahapan tersebut banyak terlewati, sehingga yang penting jika ramai dan cepat menyebar, itu sudah dianggap sebagai konten yang bagus,” ujar Irfan dalam sambutannya.

Hadir dalam acara ini sejumlah narasumber yang memberikan materi-materi terkait jurnalistik, yaitu Kepala Republika.co.id Elba Damhuri dan Redaktur Foto Republika Edwin Putranto. Selain itu, Rusprita Putri Utami juga kembali hadir memberikan motivasi terhadap generasi muda agar cerdas berkarakter. 

Elba Damhuri mengatakan jurnalistik milenial adalah sesuatu yang baru dalam dunia jurnalisme, yang juga dikenal sebagai jurnalisme gelombang keempat atau jurnalistik 4.0.  Jurnalistik milenial menjadi kegiatan jurnalistik yang memanfaatkan banyak platform, terintegrasi dengan internet, serta bersinggungan dengan AI atau kecerdasan buatan. 

Dalam gelombang 4.0 teknologi mengubah cara jurnalis membuat berita, editor mengedit berita, media mendistribusikan berita, serta bagaimana masyarakat mengkonsumsi berita. “Sehingga dari sini muncul respons masyarakat terhadap berita-berita yang disampaikan. Penting sekali bagi teman-teman mengetahui bahwa gelombang 4.0 ini yang kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan hoaks (berita bohong),” ujar Elba. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement