Jumat 20 Nov 2020 16:53 WIB

Begini Dampak Pandemi Terhadap Rantai Pasok UMKM

Pandemi mengakibatkan banyak dampak buruk atas kontribusi UMKM kepada konsumsi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Perajin menata batik buatannya yang dipajang dalam Pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) di Malang, Jawa Timur, Jumat (20/11). Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mengungkapkan dampak pandemi Covid-19 terhadap rantai pasok UMKM. Situasi produksi hingga penjualan mengalami penurunan signifikan sehingga perlunya dukungan masyarakat untuk membantu pertumbuhan UMKM di masa pandemi.
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Perajin menata batik buatannya yang dipajang dalam Pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) di Malang, Jawa Timur, Jumat (20/11). Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mengungkapkan dampak pandemi Covid-19 terhadap rantai pasok UMKM. Situasi produksi hingga penjualan mengalami penurunan signifikan sehingga perlunya dukungan masyarakat untuk membantu pertumbuhan UMKM di masa pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mengungkapkan dampak pandemi Covid-19 terhadap rantai pasok UMKM. Situasi produksi hingga penjualan mengalami penurunan signifikan sehingga perlunya dukungan masyarakat untuk membantu pertumbuhan UMKM di masa pandemi.

"Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan banyak dampak buruk atas kontribusi UMKM kepada konsumsi nasional," kata Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop UKM, Victoria Simanungkalit, dalam Jumpa Pers Anugrah Bangga Buatan Indonesia, Jumat (20/11).

Victoria mengatakan, dari catatan Kemenkop UKM, sebanyak 22,9 persen UMKM mengalami penurunan penjualan. Kemudian, 22 persen mengalami hambatan distribusi, 19,39 persen kesulitan permodalan, 18 persen kesulitan bahan baku dan 18 persen menghadapi hambatan distribusi.

Ia mengatakan kampanye Bangga Buatan Indonesia yang diluncurkan pemerintah sejak Mei 2020 diharapkan membantu meningkatkan kepedulian dan masyarakat Indonesia terhadap produk dalam negeri. Gerakan itu, kata dia, pun diharapkan bisa menjadi gerakan nasional yang berkelanjutan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka, Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, mengatakan, Kemenperin sejak 2017 sudah melakukan program digitalisasi UMKM. Hal itu dilakukan melihat besarnya peluang UMKM untuk memperbesar skala usahanya dengan masuk ke ekosistem digital.

"Program dan kampanye ini sudah berhasil mengajak lebih dari 3.900 pelaku usaha dan mengikut program berkelanjutan sekaligus pendampingan fasilitasi," ujarnya.

Pada 2018, pemerintah kemudian meluncurkan revolusi industri keempat yang didasarkan pada sistem digitalisasi proses produksi. Adanya revolusi industri 4.0, ditegaskan Gati, akan menjadi dasar bagi pemerintah untuk terus melakukan pemberdayaan UMKM agar proses digitalisasi berlanjut dan meningkatkan level bagi para UMKM. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement