Jumat 20 Nov 2020 12:51 WIB

ISIS Klaim Ledakkan Pipa Gas Israel-Mesir

Ledakan menghantam pipa gas alam el-Arish al-Qantara di Semenanjung Sinai

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Ledakan di saluran pipa Gas di Sinai, Mesir. Ilustrasi.
Ledakan di saluran pipa Gas di Sinai, Mesir. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kelompok ISIS mengeklaim telah meledakkan pipa gas antara Israel dan Mesir pada Kamis (19/11) malam. Belum ada keterangan resmi dari otoritas kedua negara tersebut.

Dilaporkan laman Times of Israel, ledakan menghantam pipa gas alam el-Arish al-Qantara di Semenanjung Sinai. Melalui saluran Telegramnya, ISIS mengeklaim bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa itu. Namun mereka tak memberikan bukti apa pun.

Baca Juga

Militer Israel belum memberi penjelasan terkait kejadian tersebut. Namun Channel 13, mengutip seorang pejabat energi senior Israel, menyangkal bahwa pipa tersebut telah dirusak atau disabotase. Ia menyebut gas terus mengalir dari pipa tanpa masalah.

Pipa gas yang mengalir melalui Semenanjung Sinai telah lama menjadi target favorit kelompok ekstremis di wilayah bergolak tersebut. Belasan serangan terjadi setelah penggulingan diktator Hosni Mubarak pada 2011. Sebagian besar menargetkan pipa yang membawa gas dari Mesir ke Israel.

Pada 2014, pipa gas el-Arish sempat menjadi sasaran sabotase. Namun jaringan pipa yang dirusak membawa gas ke Yordania, bukan Israel. Israel kemudian memutuskan berhenti mengimpor gas dari Mesir. Selain karena adanya serangkaian serangan, hal itu turut disebabkan melonjaknya permintaan di dalam negeri Mesir.

Penemuan Israel atas cadangan gas alam yang sangat besar di zona ekonomi Mediterania pada 2010 membuat impor tidak perlu. Sebaliknya, Israel justru menjadi pengekspor energi untuk pertama kali dalam sejarahnya.

Ladang Leviathan Israel diperkirakan menyimpan 535 miliar meter kubik (18,9 triliun kaki kubik) gas alam, bersama dengan 34,1 juta barel kondensat. Sementara ladang Tamar, yang mulai berproduksi pada 2013, diperkirakan memiliki cadangan hingga 238 miliar meter kubik (8,4 triliun kaki kubik).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement