Jumat 20 Nov 2020 01:35 WIB

Kinerja Ekspor Dinilai Tetap Solid di Masa Pandemi 

Indonesia diuntungkan dengan adanya perang dagang AS dan China.

Rep: Intan Pratiwi / Red: Satria K Yudha
Kapal kargo bersandar di Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (17/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Oktober 2020 mencapai 14,39 miliar dolar AS atau meningkat 3,09 persen dibanding ekspor pada September 2020.
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Kapal kargo bersandar di Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (17/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Oktober 2020 mencapai 14,39 miliar dolar AS atau meningkat 3,09 persen dibanding ekspor pada September 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- JAKARTA -- Kinerja perdagangan Indonesia mencatatkan surplus 3,61 miliar dolar AS pada Oktober 2020. Dengan demikian, ini adalah keenam kalinya neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus secara berturut-turut pada tahun ini. 

Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Mohammad Dian Revindo menilai, surplus dagang terjadi karena kinerja ekspor tetap solid di tengah pandemi Covid-19. "Memang ekspornya solid di masa pandemi ini. Kinerja ekspor hampir sama dengan ekspor tahun lalu yang situasinya bukan pandemi, berarti ekspor solid sekali," kata Revindo, Kamis (19/11).

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor pada Oktober 2020 mencapai 14,39 miliar dolar AS yang merupakan nilai terbesar sepanjang tahun ini. Kinerja ekspor Oktober tumbuh 3,09 persen dibandingkan September 2020. Sementara bila dibandingkan Oktober 2019, nilai ekspor hanya terkontraksi 3,29 persen. 

Menurut Revindo, membaiknya kinerja ekspor karena Indonesia diuntungkan dengan adanya perang dagang Amerika Serikat dan China. Dengan adanya perang dagang, kata dia, Indonesia menjadi negara pemasok kebutuhan AS yang tadinya dipasok dari China.

"Jadi Indonesia masuk ke Amerika menggantikan produk China. Makanan, minuman, alat kelistrikan, beberapa tekstil masuk ke AS menggantikan produk China," katanya. 

Ia menilai, membaiknya kinerja ekspor juga berkat koordinasi para menteri terkait untuk menghasilkan kebijakan dan keputusan yang menguntungkan Indonesia. Selain itu, Kementerian Perdagangan dianggap jeli melihat peluang dengan membuat kebijakan yang tidak menghambat. "Kemendag bisa menentukan skala prioritas, yaitu mengerjakan produk apa untuk negara mana," kata dia. 

Namun demikian, kata dia, pemerintah tidak boleh berpuas diri. Pemerintah harus bisa meningkatkan kualitas barang-barang dalam negeri agar memiliki daya saing yang tinggi.

Ia juga mengapresiasi langkah pemerintah yang melakukan perjanjian perdagangan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Menurut dia, RCEP dapat mendorong Indonesia lebih jauh ke dalam rantai pasok global. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement