Kamis 19 Nov 2020 22:53 WIB

Australia Minta Maaf ke Afghanistan atas Pembunuhan Tentara

Pasukan Australia diduga melakukan 39 pembunuhan di luar hukum di Afghanistan

Red: Nur Aini
Tentara Australia.
Foto: abc news
Tentara Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Panglima militer Australia meminta maaf kepada Afghanistan pada Kamis (19/11) ketika ia merilis laporan tentang dugaan kejahatan perang oleh pasukan khusus Australia, yang mencakup bukti 39 pembunuhan di luar hukum oleh 25 tentara dalam 23 insiden.

Ketika merinci temuan dari penyelidikan yang telah lama ditunggu-tunggu terhadap perilaku personel pasukan khusus di Afghanistan antara tahun 2005 hingga 2016, Panglima Angkatan Bersenjata Australia Jenderal Angus John Campbell mengatakan ada bukti pembunuhan di luar "panasnya pertempuran".

Baca Juga

Kepada wartawan di Canberra, Campbell mengatakan Inspektur Jenderal telah "menemukan informasi yang dapat dipercaya untuk mendukung 23 insiden dugaan pembunuhan di luar hukum terhadap 39 orang oleh 25 personel Pasukan Khusus Australia, sebagian besar dari Resimen Layanan Udara Khusus (SAS)".

Beberapa dari mereka yang diduga bertanggung jawab masih bertugas di militer Australia, Campbell menambahkan. Pembunuhan itu akan dirujuk ke penyelidik khusus, yang akan segera ditunjuk untuk menentukan apakah ada cukup bukti bagi para personel itu untuk diadili.

Perdana Menteri Scott Morrison berbicara dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menjelang rilis laporan itu, kata seorang sumber yang mengetahui percakapan tersebut. Morrison pekan lalu memperingatkan laporan itu akan berisi "berita buruk bagi warga Australia". Australia telah menempatkan pasukan di Afghanistan sejak 2002 sebagai bagian dari koalisi pimpinan Amerika Serikat yang memerangi milisi Taliban.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement