Kamis 19 Nov 2020 18:00 WIB

Pemprov Babel Kelola Air Laut Jadi Air Konsumsi

sudah ada perusahaan yang ingin berinvestasi mengelola dan mengubah air laut menjadi

Ilustrasi gelombang pasang air laut.
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi gelombang pasang air laut.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan mengelola air laut menjadi bersih layak dikonsumsi, guna meningkatkan ketersediaan air masyarakat di pulau penghasil timah itu. "Saat ini sudah ada perusahaan yang ingin berinvestasi mengelola dan mengubah air laut menjadi air tawar layak konsumsi," kata Gubernur Kepulauan Babel, Erzaldi Rosman Djohan saat menerima kunjungan Dirut PT Metito, Dadi Waluyo di Pangkalpinang, Kamis (19/11).

Ia mendukung dan menyambut baik keinginan PT Metito untuk mengubah air laut agar dapat dimanfaatkan sebagai air bersih dan layak untuk dikonsumsi atau air tawar (seawate) di Pulau Bangka dan Belitung. "Perusahaan ini telah berhasil mengubah air laut menjadi tawar di Dubai dan Libanon, sehingga masyarakat di negara mudah mendapatkan air bersih yang murah," ujarnya.

Baca Juga

Ia berharap dengan hadirnya investasi pengelolaan air bersih PT Metito dapat mempermudah masyarakat mendapat air bersih, murah dan menyehatkan. Sehingga dapat menekan kasus penyakit yang bersumber dari air tidak sehat.

"Nanti dipertimbangkan daerah mana yang akan akan ditentukan dan diharapkan investasi perusahaan ini dapat melibatkan BUMD dan PDAM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung," katanya.

Direktur PT Metito, Dadi Waluyo mengatakan untuk tahap pertama akan menyasar klien yang berada di kawasan pariwisata, KEK, bandara, dan perkantoran pemerintahan. Pihaknya sudah menyurvei tempat di kawasan bandara atau tepatnya di belakang gedung BLK.

"Perbandingan jika menggunakan sumber air permukaan dan air laut, investasi pengelolaan air laut sangat jauh lebih mahal dari air permukaan (danau/sungai), sekitar enam sampai tujuh kali lipat," katanya.

Menurut dia biaya operasi sumber dari air laut sekitar sembilan kali lipat lebih mahal dari sumber air permukaan. Karena harus menghilangkan garam, kita driver dari laut kurang lebih per galon Rp 700.

"Kami akan investasi di hulu saja dan sebagai investor kami mempunyai standar yang harus dipenuhi," ujarnya.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement