Rabu 18 Nov 2020 14:47 WIB

Politikus Republik Tolak Rencana Trump Tarik Pasukan AS

Di sisa akhir jabatannya, Trump ingin menarik pasukan AS dari Afghanisan dan Irak.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Pasukan AS di Afghanistan
Foto: Reuters
Pasukan AS di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Politikus senior Partai Republik Mitch McConnell menyuarakan kekhawatiran atas rencana pemerintahan Donald Trump menarik pasukan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan dan Irak. McConnell yang biasanya mendukung Trump menyebut rencana penarikan ini adalah sebuah kesalahan.

Dia juga memperingatkan presiden agar tidak mengambil setiap perubahan yang mengguncang dalam hal pertahanan dan kebijakan luar negeri sebelum meninggalkan Gedung Putih. Bersama dengan McConnell, beberapa politisi senior Republik lainnya juga menyuarakan keprihatinan. Anggota Kongres dari Partai Republik Texas Mac Thornberry juga menyebut langkah itu sebagai kesalahan.

Baca Juga

Seperti dilansir laman BBC, Rabu (18/11), Thornberry mengatakan pemangkasan jumlah pasukan akan melemahkan negosiasi yang saat ini sedang berlangsung untuk mengakhiri pertempuran di Afghanistan. Selain itu, Senator Ben Sasse, yang duduk di Komite Intelijen Senat, mengatakan langkah penarikan pasukan adalah kemunduran yang lemah. Menurutnya, hal itu tidak didasarkan pada kenyataan dan akan membuat dunia menjadi tempat lebih berbahaya.

Sekretaris Jenderal NATO Jen Stoltenberg mengatakan bahwa penarikan pasukan terlalu cepat dan dengan cara yang tidak terkoordinasi bisa berisiko sangat tinggi. Dalam sebuah pernyataan, dia mengatakan Afghanistan terancam menjadi wadah bagi militan internasional untuk mengatur serangan.

Pejabat Menteri Pertahanan AS Chris Miller tidak mengonfirmasi apakah rencana penarikan telah didukung oleh Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan. Namun dia mengatakan bahwa komandan militer telah setuju untuk melaksanakannya.

Miller mengatakan AS telah mencapai tujuannya untuk mengalahkan ekstremis dan membantu mitra lokal dan sekutu untuk memimpin pertempuran.

Sebelumnya, Departemen Pertahanan AS menegaskan bahwa AS bakal mengurangi jumlah tentaranya di Afghanistan dan Irak. Presiden Trump memang telah lama meminta pasukan untuk pulang seraya mengkritik intervensi AS di luar negeri.

Seruan terbarunya terjadi sebelum dia meninggalkan Gedung Putih karena kalah pilpres oleh beberapa proyeksi media AS.  "Kami akan melindungi anak-anak kami dari beban berat dan korban perang abadi, dan kami akan menghormati pengorbanan yang dilakukan dalam layanan perdamaian dan stabilitas di Afghanistan, Irak dan di seluruh dunia," ujar Trump.

Salah satu politikus Demokrat mendukung langkah Presiden Trump. Adam Smith, ketua Komite Angkatan Bersenjata House mengatakan itu adalah keputusan kebijakan yang tepat.

Di Irak, jumlah pasukan AS akan dikurangi 500 anggota menjadi 2.500 personel. Sedangkan jumlah personel dinas di Afghanistan akan turun dari 4.500 personel menjadi sekitar 2.500.

Chris Miller mengatakan, langkah pengurangan personel ini mencerminkan kebijakan Trump yang berhasil. Artinya ada intensitas penurunan perang di Afghanistan dan Irak. Selain itu juga membawa pulang anggota militer yang telah setia berjuang demi negara.

Seperti diketahui, pasukan AS telah berada di Afghanistan sejak 2001. Sebuah koalisi pimpinan AS menggulingkan Taliban beberapa pekan setelah serangan 11 September 2001 di AS oleh Alqaidah yang saat itu berbasis di Afghanistan.

Taliban berkumpul kembali dan menjadi kekuatan pemberontak yang cukup kuat. AS kemudian mulai menarik pasukan dari Afghanistan sebagai bagian dari kesepakatan perdamaian bersejarah yang ditandatangani oleh AS dan militan pada Februari tahun ini.

Sementara itu, ribuan pasukan AS berada di Irak sebagai bagian dari koalisi internasional untuk melawan kelompok Negara Islam (ISIS).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement